Entri yang Diunggulkan

MEMAHAMI PUISI SECARA CEPAT

bila kita hendak memahami puisi dengan cepat berikut elemen utama yang perlu diperhatikan. 1. tema puisi 2. Rasa 3. Kata Kongkrit 4.Ejam...

Minggu, 17 November 2013

MENGENALI UNSUR PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSA DAN DRAMA 1. PROSA DAN DRAMA SEBAGAI EKSPRESI KARAKTERISTIK PENGARANG MEMANDANG LINGKUNGANNYA



Novel, cerpen dan drama sangat akrab dalam kehidupan. Jenis karya sastera ini menyentuh emosi penikmatnya melalui reka cerita yang berasal dari pengalaman penulis atau reka imajinasi yang ditulis dengan gaya bahasa estetik sehingga menggelitik emosi penikmatnya. Kemampuan penulis dalam bertutur melalui tulisan membuat pembaca terbawa kedalam suasana yang digambarkan. Selain sebagai media ekspresi penulis megaktualisasikan perasaannya prosa dan drama juga memuat sisi edukatif yang bertujuan mengajak pembaca merenung. Penggambaran kisah dan karakter tokoh yang disusun bertujuan untuk mengajak pembaca menjadikan kisah tersebut sebagai bahan perenungan atau pedoman.
Pengarang mencoba merenungi kenyataan yang dialami atau difikirkan yang kemudian ditulis dalam bentuk cerita. Novel Laskar Pelangi memberikan gambaran mengenai semangat menempuh pendidikan beserta kekokohan pendidik dalam mengatasi berbagai kesulitan yang dihadapi saat membina anak didiknya. Novel Dibawah Lindungan Ka`bah karya Hamka mengajak pembaca memaknai cinta sejati yakni Allah  sedangkan Roman Atheis karya Ackhudiat Kartamihardja mencoba mengajak pembaca mengenai keberadaan Tuhan dalam diri manusia.
Novel yang seolah menyesatkan sekalipun justru mengajak manusia berfikir mengenai kebenaran hakiki, “Tuhan Telah Mati”  sebuah novel abad pertengahan yang ditulis Nietsche mengajak manusia untuk memaknai Tuhan dalam konsep ideal dan berhenti menyalahkan Tuhan dalam segala kesulitan dan penderitaan yang dialami begitupun drama-drama Ibsen yang terkesan antisosial seperti “Musuh Masyarakat” dan “Rumah Boneka”.
Sebagai sebuah ekspresi Prosa dan Drama menggambarkan karakeristik tokoh-tokoh didalam karangannya dengan tujuan untuk memberikan pencerahan. Karakter positif dalam karya dramawan dan seorang penulis prosa adalah karakter yang ia inginkan sebagai figur yang memberikan pencerahan pada pembaca. Secara umum karakter tersebt digambarkan sebagai berikut:
1.      Karakter keteladanan
Karakter keteladanan digambarkan dengan kemampuan mengambil tindakan bijaksana, keberanian membela kebenaran atau pengabdian tanpa pamrih oleh tokoh ideal yang dikarang.
2.      Figur dengan Ketabahan
Figur yang digambarkan sebagai sosok tabah biasanya diceritakan sebagai tokoh yang mampu menghadapi berbagai penderitaan hingga akhirnya sampai pada kebahagiaan.
3.      Penolakan adan antipati
Tidak semua karya pengarang mengakhiri kisahnya dengan memberi kemenangan pada fihak yang baik. Karangan seperti ini biasanya digambarkan dengan menggambarkan tokoh-tokoh jahat, licik atau hal buruk lainnya yang membuat pembaca antipati. Penggambaran seperti ini ditujukan untuk memberikan penggambaran bahwa kelakuan buruk tidak pantas dilakukan karena sangat menjijikkan dan menimbulkan antipati bagi yang menyaksikannya.
Menganalisa novel dan drama mesti diumulai dengan kesadaran bahwa penulis adalah manusia unik yang punya cara pandang sendiri dalam karyanya sehingga peneliti tidak terjebak pada “penghakiman” terhadsap sebuah karya sastera. Kemampuan untuk masuk kedalam frame artistik pengarang perlu dimiliki sehingga seorang peneliti benar-benar bisa objektif dalam mengalisa sebuah karya sastera drama, roman, cerpen atau novel.
 2.      ANATOMI DRAMA DAN PROSA
Prosa dan drama adalah genre sastera yang sana-sama mengusung cerirta. Kesamaan ini mengakibatkan keduanya memiliki pula kesamaan dalam anatomi yakni tema, alur penokohan dan seting atau latar.
Tema
Tema adalah pesan yang ingin disampaikan atau dapat pula dimaknai sebagai pokok pembicaraan yang dimuat sebah prosa atau drama. Tema terbagi atas tema utama atau tema mayor dan tema minor atau tema sampingan yang termuat dalam teks.
Alur
Alur ada yang menyebutnya plot. Jenis alua dalam prosa dan drama beragam tergantung gaya penulis dalam menyampaikan cerita. Secara umum adalah alur maju, alur mundur, alur periodik dan alur melingkar. Khusus drama selain alur ada pula yang dinamakan plot dramatik. Plot dramatik adalah tehnik pengelolaan suasana emosional yang disajikan sebuah drama.
1.      Alur maju
Alur maju adalah tekhnik penceritaan yang dinamis, berjalan lurus dimana peristiwa per peristiwa digambarkan berjalan dari waktu ke waktu secara berurutan.
2.      Alur mundur
Alur mundur adalah penggambaran peristiwa yang diawali dari masa sekarang bergerak kebelakang menceritakan masa lalu.
3.      Alur periodik
Alur periodik adalah penceritaan yang melewati fase-fase dari sekarang kebelakang setelah tergambarkan satu fase peristiwa kembali ke masa sekarang kemudian kembali ke belakang membawa pembaca ke fase selanjutnya hingga kembali ke saat ini lagi demikian seterusnya hingga cerita usai.
4.      Alur melingkar
Alur melingkar adalah penceritaan yang diawali dengan peristiwa masa sekarang kemudian pembaca dibawa ke masa lalu hingga satu kesimpulan tentang sebuah masalah yang penyelesaiannya sampai dimasa sekarang.

Seperti dijelaskan sebelumnya drama memiliki unsur lain dari alur atau plot yang tak dimiliki prosa unsur ini adalah plot dramatik. Jenis-jenis plot dramatik tersebut adalah,
1.      Plot dramatik aristoteles
Plot dramatik aristoteles adalah pembangunan emosi dramatik yang menanjak kemudian menurun kembali seperti grafik menggunung. Dimulai dengan introduksi, konflikasi atau ressing action klimaks, resolusi dan diakhiri dengan ending seperti gambar berikut,
2.      Plot dramatik linier
Alur dramatik linier adalah plot dramatik yang memiliki beberapa puncak konflikasi dengan suspen yang meletup-letup tanjakan-tanjakan emosi ini menciptakan teror yang menguras emosi penonton dalam hal ini masalah demi masalah berakhir dan diteruskan dengan masalah baru hingga akhir cerita.
3.      Plot dramatik periodik
Bila sebelumnya dijelaskan bahwa alur periodik digambarkan bahwa alur periodik adalah penyajian cerita dengan periode kisah masa lalu yang kembali ke masa kini secara kontinyu maka plot dramatik periodik adalah penyajian kisah yang penuh konflikasi tanpa penyelesaian yang menciptakan masalah komplek dan beranekaragam dengan ketegangan yang bermacam-macam latar pula dimana penyelesaian seluruh masalah dan ketegangan itu berada di akhir cerita.

3.      ASPEK DALAM DAN LUAR
 Baik drama maupun prosa memiliki aspek instrinsik dan ekstrinsik, aspek instrinsik adalah karya itu sendiri yakni, alur, tokoh-tokoh yang terlibat, relasi antar tokoh, tem yang diusung serta latar atau setting. Aspek luar adalah hal-hal diluar karangan yang mempengaruhi karya tersebut, hal ini adalah pengarang, tempat karangan dibuat dan waktu karangan dibuat.
Aspek instrinsik
1.      Tema
Tema menjadi penanda isian yang dimuat sebuah karya prosa dan drama. Dari tema dapat dilihat bagaimana pengarang mengaktualisasikan ide dan konsep fikirnya dalam karya.
2.      Alur
Alur memberikan gambaran bagaimana karya ini tersaji apakah mengisahkan masa lalu. Kini atau kenangan yang datang sepotong-sepotong.
3.      Penokohan
Penokohan memberikan gambaran karakteristik orang-orang yang terlibat dalam cerita, watak, cara fikir, tujuan dan sebagainya.
Sastera dan drama memiliki penggambaran penokohan dalam beberapa segi yakni. Kedudukan tokoh, bentuk tipe perwatakan, sosiologis tokoh, gambaran fisik serta kejiwaan dan moralitas.
Kedudukan tokoh adalah posisi tokoh dalam teks misalnya penentang, yang ditentang, pendukung yang ditentang, pendukung penetang atau tokoh pembantu yang muncul sesekali namun penting.
Bentuk tipe perwatakan adalah penggambaran laku tokoh misalnya jahat, baik, atau memiliki dua watak diatas sekaligus yakni baik sekaligus jahat.
Sosiologis tokoh adalah penggambaran keadaan sosial si tokoh miskin, kaya, pejabat atau lainnya.
Gambaran fisik adalah penggambaran tokoh dari segi keadaan tubuh misalnya cantik, jelek, kurus, pendek, tinggi dan sebagainya.
Kejiwaan dan moralitas adalah penggambaran keadaan jiwa si tokoh dalam teks, gila, sehat, tertekan, bahagia, bermoral baik, berhati jahat dan sebagainya.
4.      Seting
Setting memiliki dua dimensi pertama seting waktu yang menggambarkan situasi siang, malam sore dan sebagainya sedangkan seting zaman memberikan gambaran di kurun zaman apa cerita digambarkan pengarang terjadinya.

Aspek Luar
1.      Pengarang
Pengarang adalah aspek diluar karya yang mempengaruhi karangan drama ata prosa. Cara fikirn pengarang sangat mempengaruhi karya yang dibuat sehingga sebelum menelaah sebuah prosa atau drama perlu diketahui biografi pengarangnya, karya-karya yang pernah dibuatnya serta bagaimana style atau gaya karya-karyanya.

2.      Tempat karya dibuat
Tempat karya dibuat memiliki pengaruh terhadap karya. Tempat karya dibuat akan membawa kita pada penafsiran situasi dimana karya dibuat yang memiliki pengaruh terhadap tema, gaya dan konsep pengarang dalam berkarya. Seniman atau sasterawan selalu menciptakan karya karena dipacu oleh mood dan stimulasi yang ditunjang tempatnya berada karena karya sastera seluruhnya adalah refleksi seniman dari apa yang dilihat atau dirasakannya ditempat ia berada.

3.      Waktu karya dibuat
Waktu disini maksudnya adalah zaman karya diciptakan. Konsep filosofis, budaya dan kemajuan ilmu pengetahuan suatu zaman memberi pengaruh pada konsep fikir pengarang berkarya dari ide-ide pokok, sinstim benar salah hingga gaya penulisan. Mengetahui zaman karya dibuat dapat mengantarkan pada frame artistik dan filosofis yang dimuat oleh sebuah karya drama atau prosa
4.      SOSIOLOGI
Aspek sosiologi drama terkait kepada tiga faktor sosial. Faktor sosial tersebut adalah sosiologi karya drama, sosiologi pengarang drama dan sosiologi lingkungan drama diciptakan. Ketiga faktor ini berkaitan dengan sisi psikologis yang terbangun dalam naskah drama.
1.      Sosiologi karya drama dan prosa
Sosiologi karya drama terkait pada aspek sosial ayang dimuat drama. Lingkungan sosial yang jadi latar karya drama. Budaya, struktur kepercayaan, sistim ekonomi dan latar pendidikan tokoh-tokoh yang terlibat dalam  cerita sebuah drama atau prosa
2.      Sosiologi pengarang drama dan prosa
Sosiologi pengarang drama dan prosa terkait pada latar sosial pengarang, tingkat ekonominya, lingkungan budaya yang membesarkannya, pengalaman sosial pengarang, pandangan filsafat pengarang, pandangan seni pengarang serta moralitas yang dianut seornag pengarang drama dan prosa.
3.      Sosiologi lingkungan penciptaan drama.
Sosiologi penciptaan karya drama terkait pada lingkungan sosial tempat darama diciptakan. Hal ini melingkupi struktur religi, nilai-nilai yang dianut, zaman, budaya dan sebagainya.

5.      TEKS DAN KONTEKS
Teks dan konteks disini adalah hubungan antara realitas sastera dengan realitas lingkungan tempat karya diciptakan. Teks dan konteks merupakan benang merah yang menghubungkan reka imaji pengarang dengan realitas yang menstimulasinya berkarya. Teks-teks yang termuat dalam sebuah prosa atau drama  biasanya hadir dalam karangan dalam bentul struktur cerita, simbolisme yang termuat dalam reka peristiwa secara untuh atau perbagian maupun terselip dalam dialog-dialog atau kalimat penjelas (kramagung) yang terkait langsung dengan kenyataan. Kadangkala kerap pula teks-teks tersebut tersembunyi dalam struktur lambang yang harus difahami secara semiotik.
6.      SISTIM SIMBOL DAN SEMIOLOGI
Sistim simbol dan semiologi adalah struktur penanda dalam analisis keilmuan tanda. Secara umum lmu semiotik mengkaji tanda dan penanda atau sign and signifient. Tanda adalah perlambangan dari penanda jadi setiap tanda yang muncul akan menjadi perlambang akan sesuatu yang ditandakannya.
Senders Pierce membagi struktur tanda menjadi indeks ikon dan simbol sebagai personifikasi tanda dalam menandakan apa yang ditandakannya.
1.      Ikon
Ikon adalah penanda yang menanda eksistensi penandanya dengan perlambang yang menyatu dengan apa yang ditandainya dalam hubungan timbal balik seumpama manusia dengan fotonya atau benda dengan bayangannya di cermin.  Ikon menjadi perlambang sesuatu yang di senaraikan sebagai pernyataan akan keberadaan sesuatu sehingga seseorang dengan prototipe perilaku tertentu dapat disebut pula sebagai ikon misalnya kelompok musik Slank yang pernah dianggap sebagai ikon musik tanpa narkoba karena perjuangan mereka melepaskan diri dari jerat narkotika.
2.      Indeks
Indeks  adalah penanda yang dihubungkan dengan konsep kausalitas yakni hubungan penanda dengan yang ditandainya dalam kaitan sebab akibat. Contoh sederhana adalah asap sebagai penada adanya api, daun-daun melambai sebagai penanda angin dan sebagainya.
3.      Simbols
Simbols adalah penanda yang maknanya telah menjadi kesepakan umum. Penanda seperti ini sudah difahami secara luas dan berada dalam kesatuan frame of reference banyak orang sebagai penanda sesuatu. Yang paling dekat adalah rambu lalu lintas, lampu merah, lambang rumah makan dengan silang lambang sendok dan garpu, tanda tambah warna merah sebagai simbol rumah sakit dan sebagainya.
7.      KEUNIKAN DAN NILAI FILSAFAT
Keunikan dan nilai filsafat dalam sebuah drama maupun novel beranjak dari cara pandang seni dan cara fikir filosofis pengarangnya. Dalam beberapa kasus karya drama dan novel banyak muncul pandangan subjektif pengarang terhadap dunia dalam novel yang mereka karang. Drama Caligula dan Pintu Tertutup karya Sartre merupakan ekspresi nihil dan absurtditas menganggap kehidupan berawal dari kekosongan dan berakhir dengan kekosongan pula. Karya Rumah Boneka oleh Ibsen merupakan drama yang menolak dominasi pria kepada wanita pada zaman kekuasaan Tuan Tanah di Eropa. Kemerosotan moral kaum Borjuis menjadi alasan utama wanita tak lagi dapat dikendalikan sebagai “budak nafsu” mereka.
Novel “Senja Pada Sebuah Kapal” yang kemudian diadaptasi Niesche menjadi novel “Sabda Zurhathusra” memberikan gambaran keyakinan semu manusia  yang percaya pertolongan Tuhan adalah kesia-siaan. Tuhan dikatakan susah sangat tua dan pikun sedangkan Tuhan lain sedang menertawakannya. Novel-Novel Niesche ini kemudian menjadi antitesis terhadap keyakinan ketuhanan yang dianut orang-orang moderen. Tuhan yang dipandang dari sisi tradisional sebagai maha pemberi dan mengabulkan doa ternyata tidak memberikan apa yang diminta melainkan apa yang diusahakan manusia.
Cara pandang yang bebas seorang pengarang pada dunia membuat karya mereka sering bertolak belakang dengan lingkungan. Keyakinan yang dianut menjadi berbeda dengan pandangan umum sehingga tak jarang ditolak oleh zamannya. Sisi fisafati yang dimiliki seorang pengarang menjadi dasar penciptaan karya prosa dan drama mereka. Cara pandang mereka yang bebas membuat seorang pengarang melihat dunia dari sisi subjektif mereka sehingga menafikan nilai-nilai disekitarnya.
Pengarang adalah makhluk unik yang berfikir dengan caranya sendiri. Memandang dunia dari pandangan filsafat dan keyakinannya sendiri. Sebagai seorang yang menganalisa sebuah drama atau novel perlu kemampuan menghargai ini. Kemapuan menghargai keunikan penarang ini disebut pemahaman frame artistik yang akan membawa sebuah kejujuran dan keluwesan dalam menganalisa sebuah drama atau novel.
Perbedaan cara pandang tentang dunia, keyakinan akan nilai kebenaran, prinsip fisafat yang dimiliki. Keunikan pola sajian karya serta kekuatan imaji yang disajikan pengarang ini disebut dengan style atau gaya. Syle atau gaya ini merupakan hak mutlak setiap pengarang yang tak akan pernah sama antara satu dengan lainnya kecuali terjadi plagiat atau epigon.

8.      MENGANALISA ASPEK EDUKATIF DALAM DRAMA DAN PROSA

Setelah memahami elemen-elemen yang mendukung sebuah prosa dan drama selanjutnya adalah menemukan pesan-pesan filosofis yang dikandung dalam sebuah prosa atau drama. Untuk menemukan pesan-pesan tersebut perlu seperangkat alat analisis dan pendekatan. Alat analisis adalah teori yang akan mendukung dalam mengurai persoalan yang diketengahkan penulis dalam karyanya sedangkan pendekatan adalah visi atau cara pandang dalam melihat masalh tersebut dalam hal ini pendekatan yang digunakan adalah nilai pendidikan sedangkan teori yang diambil sebagai alat adalah semiotik senders Pierce. Walaupun teori yang digunakan disini semiotik pierce sebenarnya tidak tertutup kemungkinan digunakan teori lain yang sesuai miasalnya interteks atau resepsi. Pada tulisan ini hanya akan dibahas secara sederhana cara kerja analisis prosa atau drama dari perspektif edukatif dengan sampel penggunaan teori semiotika pierce.
Langkah pertama adalah melihat hubungan antara pendekatan dengan data mentah penelitian apakah memiliki keterkaitan atau tidak. Seperti skema berikut,
Skema diatas menggambarkan pendekatan yang diambil dihubungkan dengan data mentah penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah nilai edukatif sedangkan data mentahnya adalah sebuah drama atau prosa. Dari pertimbangan tematik ditemukan bahwa prosa atau drama tersebut memiliki nilai-nilai pendidikan dalam hal ini baru dugaan yang perlu pembuktian dengan mengurai teks secara lebih teliti maka diambil seperangkat pendukung yang terdapat dalam teori semiotika Pierce yakni, indeks, ikon dan simbol.
Ketiga perangkat tersebut kemudian dihubungkan dengan teks sebagaimana skema dibawah ini,
 Dalam melakukan analisis teks makna-makna yang muncul dapat secara langsung atau tidak langsung. Makna langsung disebut simbol yang dengan jelas akan dapat difahami makna tersirat haruslah diurai dengan pemahaman indeksitas atau ikonitas. Untuk mencegah terjadinya kekacauan saat menyusun kesimpulan sebaiknya disusun tabel yang berguna untuk mendokementasikan temuan dengan sistimatis, tabel tersebut mislanya seperti dibawah ini,

NO
HALAMAN
INDEKS
IKON
SIMBOL
TAFSIRAN MAKNA
1





2





DST







Setelah tabel selesai dibuat maka mulailah melakukan pemeriksaan tentang nilai-nilai pendidikanb yang dikandung sebuah prosa atau drama. Dalam bagian ini dilakukan penyaringan dari tafsiran makna yang didapat untuk diberikan penjelasan tentang kaitan dari makna-makna terebut dengan pendidikan. Hasil tafsiran makna ini dapat dijadikan sebagai kesimpulan penelitian mengenai nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam sebuah prosa atau drama. Demikianlah penjelasan singkat mengenai bagaimana mengurai nilai-nilai pendidikan dalam prosa dan drama.




Tidak ada komentar: