
PENDEKAR BUJANG SENAYA
Tersebutlah 4 pemuda
bersaudara : Pendekar Bujang Senaya, Bujang Pengukir, Bujang Penakluk Mato dan
Bujang Buruk. Mereka seia sekata, saling menghormati dan saling mengasihi serta
membela. Mereka adalah putri raja yantg dihormati dan disenangi oleh segenap
rakyatnya.
Pendekar bujang senaya sejak
kanak-kanak telah dididik dan dibekali ilmu pengetahuan, dinobatkan jadi raja
pengganti almarhum ayahnya. Ketiga adiknya tidak memegang jabatan penting hanya
sebagai rakyat biasa, tetapi tetap patuh kepada raja. Sering mereka ke istrana
dan bertukar pikiran guna memajukan dan memakmurkan rakyat.
Pada suatu sore ketika
mereka berempat sedang mendiskusikan masalah keamanan dan ketertiban kerajaan,
bujang buruk berkata “Baginda raja, apakah baginda tidak berkeinginan
mengundang paman kita dating kesini?”.
“Sebaiknya paman kita ajak
juga berdiskusi”, sambung bujang pengukir. “Dialah satu-satunya saudara ayah
almarhum”.
Sejak bujang senaya
dinobatkan, hanya ketika penobatan itulah paman dan anak daranya berkunjung
kekerajaan diranah Kerinci alam sakti itu.
“Betul! Betak juga ingin
menemui paman. Tetapi, sekarang tidak masanya. Tunggu saja saatnya!” ujar
baginda raja.
Si jelita dara yang elok dan
cantik jelita, dianjurkan oleh ibunya pergi menemui kakak sepupunya, pendekar
bujang senaya untuk meminta segala pakaian yang tidak dapat dipenuhinya.
“Kalau memang begitu bunda,
hamba akan menemui baginda,” kata si jelita disaat-saat akan meninggalkan
negerinya.
Sesampai dikerajaan yang
dipimpin oleh kakak sepupunya, si jelita pun menceritakan maksud kedatangannya.
Baginda pendekar bujang
senaya menjawab. “Hebat benar kamu!
Sungguh sulit kupenuhi
permintaan mu jelita! Tidakkah engkau piker bahwa beta bukan saudagar, tetapi
abdi rakyat semata. Atau engkau menginginkan beta menjual harta pusaka untukmembekali
seperangkat pakaian berikut gelang, subang dan gelang bertatakan permata itu?”
Si jelita tersinggung dan
tertunduk sedih, air matanya berlinang. Didalam hatinya berbisik : jika tidak
sudi memberi, janganlah berkata menyakitkan hatiku”.
Si jelita merajuk dan pergi
meninggalkanistana. Dia berjalan kearah pantai dan menunggu kalau ada kapal layar
lewat. Dia akan melambaikan selendangnya supaya kapal singgah. Dia akan numpang
kemanapun kapal itu pergi. Tak mau lagi ia melihat tampang kakak sepupunya yang
jadi raja itu.
Matanya menatap ketengah
lautan. Benarlah, ada sebuah kapal yang sedang berlayar. Dengan diiringi do’a
dia melambaikan selendangnya berkali-kali dan kapal itupun beringsut-ingsut
mendekat. Setelah agak dekat, dengan sebuah sekoci awak kapal menjemputnya. Seorang
raja pemiliki kapal merasa senang hati melihat seorang dara yang manis yang
menjadi tamunya dan mendapat cinderamata buat kerajaan. Cocok dan cantik,
pantas gadis itu menjadi permaisurinya, begitu kata hati raja yang gagah dan
tampan itu. Si jelitapun menjelaskan segala yang terjadi pada dirinya.
“Baiklah! Tenangkan hatimu,
segala barang yang engkau pinta kanda akan berikan. Kerajaan kanda ada segala
jenis perhiasan, apalagi hanya gelang, subang dan kalung emas bertatakan intan
permata.
Baginda pendekar bujang
senaya sadar akan kekeliruannya. Dalam hatinya berkata: “mengapa terlalu kasar
ucapanku? Kamanakah gerangan si jelita? Ah, apakah yang dikatakan paman
terhadap diriku nanti?.
Kemudian dia menceritakan
kepada ketiga saudaranya bahwa kemarin si jelita dating ke istana untuk meminta
pakaian yang bagus-bagus dan perhiasan emas, tetapi baginda tidak mampu
memenuhi. Sampai sekarang si jelita tidak dating keistana lagi.
Ketiga adiknya bergegas keluar
istana untuk mencari si jelita sampai kepelosok negeri. Tetapi tidak seorangpun
yang melihat anak dara rupawan itu. Mereka beranggapan bahwa si jelita sudah
pulang kerumah pamannya.
Mendengar laporan itu,
baginda pendekar bujang senaya gundah-gulana hatinya. Berkata kepada saudaranya
“Istirahatlah dahulu! Besok cari lagi. Beta akan beristirahat juga”.
Pada saat tengah malam, dia
bermimpi didatangi kakek dan neneknya yang sudah meninggal. Dia dimarahi karena
telah menyakiti hati si jelita. Dalam mimpi itu neneknya menambahkan bahwa si
jelita akan jadi istrimu. Kini dia telah berada di istana raja seberang lautan.
Baik si jelta maupun raja yang gagah dan baik budi bahasanya itu sama-sama
jatuh cinta. Cepat temui si jelita dan bawa ke istana.
Baginda pendekar bujang
senaya menceritakan mimpinya kepada ketiga adiknya.
“Kalau begitu baginda, segera kita berlayar. Kita cari calon istrimu.
Dari satu kerajaan ke kekerajaan yang lain kita jelajah si jelita akan kita
temui”.
“Berlayar perlu ada alatnya.
Buruk! Mesti ada kapal, setidak-tidaknya ada sebuah jung yang diberi layar.
Kerajaan kita tidak mempunyai sebuah pun jung, bagaimana?”
“Ada !” sambung bujang pengukir. “Juang
mendiang nenek kita angkat dari tanah, kemudian kita perbaiki.”
Akhirnya, bujang pendekar
penakluk mato dan baginda pendekar bujang senaya pun setuju dan segera pergi
ketepian, tetpi rencana ini dirahasiakan agar rakyat tidak ada yang tahu.
Begitu sampai ketepian,
baginda pendekar bujang senaya tampak komat-kamit seraya melemparkan sirih sekapur,
rokok sebatang. Agaknya dengan begitu laut akan menerima kehadiran jung nanti.
Dengan bermandikan peluh,
badan dan pakaian basah kuyup kena keringat. Tetapi, jung tetap ditempat
semula. Dengan kesal diiringi sumpah serapah mereka meninggalkan tepian dan
kembali kekediaman masing-masing.
Setelah mandi dan makan
baginda pendekar bujang senaya langsung tidur pulas. Malamnya ia bermimpi,
neneknya dating lagi dan berkata dalam nada marah : “Kalian tampak ingin segala
enak dan mudah saja. Ketahuilah, terlarang mengganggu milik orang lain tanpa
seizing pemiliknya, sekalipun barang itu milik ayahmu sendiri. Rupanya milikku
akan kalian rampas tanpa seizinku.
Jika memerlukan jung untuk
menemui calon sitrimu, buatlah sendiri sebuah jung. Jika mau boleh kalian tebang
sebatang pohon dihutan. Ingat, pohon-pohon yang tidak diperlukan jangan
ditebang. Sebab, pepohonan perlu dilestarikan demi keselamatan anak cucu
kelak.”
Keempat bersaudara itu
memnuhi pesan arwah nenek mereka. Tetapi tidak sebatang pohonpun yang patut dijadikan
jung. Baginda pendekar bujang senaya berkata, “kita pulang! Tidak ada
sebatangpun pohon yang patut dijadikan
jung, batang yang ada tidak cukup besarnya.”
Pada saat tertidur pulas,
neneknya dating dan berkata kepada baginda pendekar bujang senaya, “Tidur pulas
lagi engkau Sanaya? Apapun sebabnya engkau lebih suka tidur dari pada
memikirkan calon istrimu?
Baginda pendekar bujang
senaya pu menjelaskan kepada neneknya bahwa mereka tidak menemukan sebatang
kayupu yang cocok dijadikan jung.
“Ikhtiar kalian belum ckup.
Kalian belum sampai di Perentak gunung cermin. Padahal, disana ada sebatang
pohon teramat besar yang cocok sekali dijadikan jung.”
“Apa cirri-ciri pohon yang
nenek maksudkan itu?”
“Puncaknya menyapu awan
putih. Akar tunggangnya hampir menembus bumi. Jika mengelilingi batangnya,
kalian akan menghabiskan waktu selama 3 bulan tupai melompat”.
“Mustahil nek!”
“Tidak ada yang mustahil!
Pergilah keperentak gunung cermin! Tebanglah kayu itu. Buatlah jung akan
membawa kalian menjelmput si jelita.
Mereka berempat
mendiskusikan tentang mimpi baginda pendekar bujang senaya. Mereka berempat
tidak akan mampu untuk menebang pohon tersebut. Barangkali pantas beta
perintahkan semua rakyat kerajaan berselang menebangnya dan membuatnya menjadi
jung, beta akan menyediakan peralatan dan bekal saja. Bagaimana penddapat
kalian,” ujar baginda pendekar bujang senaya.
Bujang pengukirpun setuju.
Tetapi mereka berempat yang akan lebih dahulu melihatnya sebab mereka ragu akan
adanya pohon sebesar itu dan apakah mampu seluruh rakyat untuk menebangnya.
“Baginda”. Sambung bujang
penakluk mato. “Kita berikhtiar. Jika dipikir-pikir, barang mustahil pohon
besar itu akan tumbang dalam tempo 10 tahun, sekalipun beribu-ribu kapak dan
beliung menghantamnya setiap detik. Tetapi jika Allah taala menghendaki, tidak
pula mustahil dalam sekejap mata akan tumbang.”
Apakah yang terjadi? Ratusan
rakyat telah berusaha untuk menebang pohon itu
tetapi ternyata hasilnya tidak tampak. Kejadian aneh itupun dilaporkan
kepada baginda pendekar bujang senaya.
Tanpa mengomentari laporan
itu baginda pendekar bujang senaya pun langsung tertidur pulas lagi. Malamnya
ia bermimpi didatangi neneknya lagi. Neneknya berkata bahwa baginada pendekar
bujang senaya dan ketiga saudaranyalah yang harus terlebih dahulu bergerak
kemudian rakyat kerajaan mengikutinya.
Mimpi itupun dibahas kembali
oleh keempat bersaudara itu. Sesampainya diperentak gunung cermin, mereka kaget
menyaksikan betapa besarnya pohon yang dihadapinya, tanpa beristirahat keempat
bersaudara itupun melabuhkan berliungnya masing-masing. Dalam tempo kurang dari
setengah hari pohon sudah berderak-derak.
Mereka berdo’a dan memohon
kepada pohon bertuah itu agar roboh kearah lautan. Agar permukaan lautan kena
timpa menjadi obak besar menggulung-gulung hingga kekerajaan yang melindungi
adik sepupunya. Pohon itupun tumbang dengan bunyi membahana.
Mereka memotong batang itu
seukuran sebuah jung dan dibantu oleh 700 orang yang mereka pilih, yang akan
digunakan untuk menyebrangi lautan luas guna menemukan si jelita.
Setelah 40 purnama, jung
telah siap. Tinggal meluncurkannya kearah lautan. Beratus-ratus orang telah
berusaha keras untuk menarik dan mendorong jung ke pantai. Tetapi gagal, baginda
pendekar bujang senaya merasa kesal karena usahanya tidak menampakkan hasil.
Setelah mandi dan makan,
baginda pendekar bujang senaya langsung tidur. Ia bermimpi lagi didatangi
neneknya.
“Jung sudah siap, tetapi
rakyatnya tak mampu meluncurkannya kelaut.” Ujar baginda kepada nenek. Neneknya
pun menjelaskan bahwa semuanya itu harus dikerjakan sendiri oleh mereka
berempat bukannya dengan tenaga orang lain sedangkan mereka hanya menonton
saja.
Keempat saudara itupun
melaksanakan atas petunjuk nenek mereka itu. Dan ternyata benar, dalam waktu
yang singkat jung sudah berada diatas permukaan laut dan tertambang
dipelabuhan.
Dengan jung yang telah
diberi layar, keempat bersaudara itu berlayar keseberang lautan. Dalam waktu
sebulan telah sampai dikerajaan yang disana ada si jelita. Dan berusaha
menyelidiki keberadaan saudara sepupu mereka. Beberapa orang mereka tanyai. “Ya
memang ada gadis yang bernama si jelita. Dia masih dipingit, karena minggu muka
akan berlangsung perhelatan. Akan ramai dipusat kerajaan, karena peresmian
perkawinannya dengan Baginda raja dimeriahkan 7 hari 7 malam.
Keempat bersaudara mencari
siasat untuk melarikan si jelita. Diputuskanlah bahwa baginda pendekar bujang
senaya berpura-pura sebagai tamu yang akan memberi ucapan selamat kepada
mepelai. Kedua adiknya berusaha menyelinap kekamar mempelai perempuan. Sebelum
bertindak, keduanya berperan sebagai pembawa cenderamata untuk tuan putri, si
jelita. Sedangkan bujang pengukir ditugasi berjaga-jaga diatas jung.
Siasat dan taktik mereka
berhasil calon suami si jelita dapat diperdaya. Ketika jung akan meninggalkan
pelabuhan. Baginada raja mengetahui bahwa si jelita diculik. Tetapi jung tidak
dapat lagi dikejar dan selamatlah keempat bersaudara yang telah membawa si
jelita.
Kita tidak langsung
kekerajaan kita”, kata baginda pendekar bujang senaya kepada adik-adiknya. Kita
menuju ketempat paman kita berada. Dia akan kita bawa ke ibukota, agar lancar
pernikahan beta dengan si jelita.
PUTI KESUMBA
Esok harinya suami istri itu
mencari rebung yang dililit ular sawah. Setelah mencari disekitar hutan bamboo,
mereka mendapatkan rebung yang dililit ular sawah. Sang suami lalu menceritakan
mimpinya semalam kepada ular sawah. Setelah mendengar penuturan si suami,
akhirnya sang ular mau memberikan rebung itu kepada sang suami, tapi dengan
syarat arus ada perjanjian.
Sang suami lalu bertanya
pada sang ular “Hai ular sawah apa yang harus kami janjikan?”
“Jika anak yang lahir
laki-laki ia menjadi milik tuan, tapi jika anak yang lahir perempuan ia akan
menjadi milikku, anak itu harus diserahkan kepadaku pada saat berusia tujuh
tahun” kata sang ular.
Karena besarnya keinginan
untuk memiliki anak, tanpa piker panjang sepasang suami istri tersebut
menyetujui perjanjian yang diajukan ular sawah. Seteah rebung dibawa pulang,
dimasak dengan lezat lalu dimakan, ajaib beberapa hari kemudian perut si istri
mulai membesar. Setelah genap sembilan bulan istripun melahirkan seorang anak
perempuan dan diberi nama Puti Kesuma.
Puti Kesumba tumbuh makin
besar. Ketika berumur tujuh tahun, tiba saatnya untuk diserahkan kepada ular
sawah. Betapa berat hati seorang ayah dan ibu menyerahkan anak mereka kepada
seekor ular. Akhirnya mereka memutuskan untuk tidak menempati janji. Puti
Kesumba diarang keluar rumah, semua keperluan Puti Kesumba disediakan dan
dilakukan didalam rumah.
Pada suatu hari, sang suami
jhendak pergi berlayar selama tiga bulan. Sang suami berpesan kepada sang istri
agar menjaga Puti Kesumba baik-baik.
Sepeninggal sang suami sang
istri membawa Puti Kesumba mandi disungai. Ketika asik bermain, Puti Kesumba
ditangkap ular sawah. Ia berteriak “tolong, bu!! Tolong….!”
Ibunya terkejut, ia menyesal
dan meratap sejadi-jadinya. Karena kelengahan membuat ia terpisah dari anak
kesayangannya.
Ular sawah membawa Puti
Kesumba ketebing yang menjorok ketengah sungai. Tidak seorangpun dapat
menjangkaunya.
Pada suatu hari, bertanyalah
ular sawah kepada Puti Kesumba, “seberapa besarkah hatimu, Puti?”
“Masih kecil, baru sebesar
pinag,” jawab Puti, tebing tempat Puti Kesumba selalu dilewati orang berlayar.
Puti Kesumba selalu bertanya kepada mereka
“Hai bapak yang baru pulang
berlayar, apakah bapak bertemu dengan ayah saya”?
“Ya ayahmu masih jauh” jawab
bapak itu, seminggu kemudian ular sawah bertanya lagi kepada Puti, sudah
seberapa besarkah hatimu Puti?”
“baru sebesar mangga,” jawab
Puti. Begitulah berturut-turut dari sebesar mangga menjadi sebesar nyiru.
Setelah mendengar hal itu, ular sawah memanggil kawan-kawannya. Ia mengundang
sepuluh ekor ular sawah. Mereka akan amkan besar nanti malam, yaitu menyantap
Puti Kesumba.
Ketika pesta akan dimulai,
ayah Puti Kesumba pulang dari berlayar. Perahunya penuh dengan pakaian. Iapun
lewat dekat tebing itu. Puti Kesumba berteriak ketika ayahnya lewat,” ayah,
ambillah saya, ayah!”
Ayah Puti Kesumba terkejut,
ia mendekatkan perahunya ketempat Puti Kesumba berada. Dengan cepat ia meyambar
Puti Kesumba dan angkatnya masuk kedalam perahu. Dengan cepat pula perahu
dikayuhnya menjauh dari tempat itu.
Tepat pada saat itu, ular
sawah dan teman-temannya dating. Ular sawah melihat Puti Kesumba jauh diulu
sungai. Dia berteriak,” wah, ayamku lepas….!”
Ular sawah undangpun
menjawab, “kunang! Kunang! Aku makan kepalanya!”
“Ayamku lepas …!
“Kunang! Kunang! Aku makan
perutnya!”
“Ayamku lepas …!
“Kunang! Kunang! Aku makan
ekornya!”
Kesepuluh ular sawah yang
diundang itupun menyerbu ular sawah yang mengundang. Bagi dunia ular pesta tak
boleh gagal. Siapa yang mengundang, dialah yang ertanggung jawab terhadap
hidangan. Dalam tempo tidak terlalu lama, ular sawah yang mengundang telah
tiada. Sepuluh badannya habis dimakan sepuluh ekor ular sawah temannya.
Sementara itu, Puti Kesumba
dan ayahnya tiba dirumah kembali dan mendapati ibunya sedang bergelung ditempat
tidur. Badannya kurus kering karena memikirkan Puti Kesumba yang hilang. Puti
kembali, dan berlari mendekat ibunya sambil menangis “,ibu, Puti pulang”!
Ibu Puti Kesumba mendekap
putrinya dengan sepuas hati, sambil menangis tersedu-sedu mengenang saat ia
kehilangan si anak ditepi sungai. Sejak saat itu keluarga itu hidup bahagia.
Ular sawah yang ditakuti telah tidak ada.
DATUK DARAH PUTIH
Wilayah sungai aro masa
silam, masa sebelum penjajahan belanda. Merupakan kerajaan kecil, salah seorang
hulubalang dalam kerajaan itu adalah Datuk Darah Putih. Hulubalang tersohor
dikerajaan Sungai Aro sungguh berani, jujur dan baik hudi bahasanya. Tugas yang
diberikan raja kepadanya selalu dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Karena itu, raja amat menghargai jasa-jasanya. Kepadanya dipercayakan sebagai
panglima pasukan pembela negeri. Anggota pasukan pembela negeri itu adalah para
hulubalang dan pendekar pilihan.
Ketika Datuk Darah Putih
mengetahui bahwa belanda akan masuk ke kesultanan Jambi, pasukan kerajaan
Sungai Aro segera dipersiapkan. Tidak seorangpun rakyat kesultanan Jambi begitu
juga rakyat kerajaan Sungaiaro yang erada dibawah kesultanan Jambi itu rela
negerinya didaulat oleh penjajah.
“apa memang benar pasukan
Belanda akan bergerak menuju wilayah kesultanan Jambi?” Tanya baginda raja
Sungaiaro kepada Datuk Darah Putih yang melaporkan tentang pasukan belanda
menuju kesultanan Jambi melalui selat berhala.
“ya, baginda! Hamba piker
jika musuh dari laut tentu melewati selat berhala dari sana memasuki kuala dan terus akan
menaklukkan negeri-negeri disepanjang batanghari. Karena itu, izinkalah hamba
membawa pasukan kesana. Baginda kiranya melaporkan hal ini kepada sultan.
Sebab, sultan tenatu akan memeprtahankan pula setiap jengkal tanah air kita.”
“Benar beta setuju!” jawab
baginda raja Sungaiaro tegas. Tampa
wajah memerah karena geramnya. “Beta percayakan tugas berat ini kepadamu,
datuk! Berangkatlah dengan pasukanmu ke selat berhala. Beta akan adakan kontak
dengan sultan agar beliau tidak akan salah mengerti.
Segala perlengkapan senjata, perbekalan berupa makan dan minum
telah dimuat kedalam beberapa jung.
Sebelum konvoi kerajaan
Sungaiaro sebanyak 7 jung serat berisi pasukan dan perbekalan meninggalkan
dermaga kerajaan. Datuk Darah Putih pamit terlebih dahulu kepada istri yang
hamil tua itu.
Isak tangis para pengantar
mewarnai konvoi jung yang dipimpin Datuk Darah Putih mengiliri kesungai
batanghari sore hari itu. Allahu Akbar, terdengar kumandang para lascar dalam
ketujuh jung yang bergerak gagah meninggalkan ibukota kerajaan Sungaiaro.
Sesampai dipulau berhala,
Datuk Darah Putih dan anggota pasukannya hanya beristirahat sebentar. Strategi
diatur, sehingga setiap anggota pasukannya paham dan siap melakukan tugas masing-masing.
“Kita bukan mencari musuh”,
katanya kepada anggota dan komandan regu pasukannya, “tetapi jika musuh yang
bergerak melintasi Selat Berhala untuk menancapkan kakinya diwilayah sepucuk
Jambi sembilan lurah maka kita patut berjihad.
Setelah beberapa hari
menunggu ada segelintir anak buahnya ragu merasa tidak mungkin musuh akan
lewat. Ternyata, kapal perang Belanda mulai tampak dari kejauhan.
“tuk. Datuk…” kata prajurit
yang ditugasi mengamati kapal dari jung yang dilabuhkan agak ketengah selat
“dua, tiga kapal perang besar menuju kearah kita.”
“Mungkin tidak hanya akan
melewati selat ini kita siap bertempur mati-matian Fi sabilillah sudah tiba
saatnya!”
Langsung Datuk Darah Putih
menaiki jungnya. Ketujuh jung bergerak ketengah selat, agar musuh melihat
kedatangan mereka. Karena serdadu Belanda tidak siap rupanya dengan mudah
ditamatkan riwayatnya.
Diantara sekian lascar yang
menang perang itu, tujuh orang berenang untuk mengambil dan membawa jung-jung
kedekat kapal perang musuh. Kemudian barang dan persenjataan musuh dipindahkan
kedalam jung kapal perang musuh dibakar kemudian ditengeglamkan kedasar selat
berhala.
“kita berlindung dibalik
batu karang! Jung-jung yang berisi barang rmpasan perang dipindahkan kedaratan
agar kita leluasa menghadapi segala kemungkinan. Kukira, dalam waktu tidak
beberapa hari lagi akan melewati selat ini pula kapal musuh yang lain!” kata
Datuk Darah Putih kepada para komandan regu.
Dugaan Datuk Darah Putih
tidak meleset. Tia hari kemudian iring-iringan kapal perang Belanda melintasi
selat berhala, ketujuh jung seakan-akan setia bergerak kelambung kapal perang
lawannya. Pekikan Allahu Akbar berkali-kali dikumandangkan mujur tidak dapat
diraih malang
pun tidak dapat ditolak, leher Datuk Darah Putih hampir putus tertebas pedang musuh.
Hanya berkat kesaktiannya, maka dia tidak terjatuh kelantai geladak musuh. Aneh
rupanya kepala yang terkulai itu tidak disangka masih mampu pemiliknya berkata:
“Aku kena pedang segera bawa aku keatas jung untuk kembali kedaratan. Cepatlah
agar darahku tidak habis semua dari badan.”
Sesampai didaratan pulau
berhala, beberapa orang prajurit yang mendampinginya memasngkan kembali letak
kepalanya. Darah berwarna putih yang masih meleleh dilap sendiri oleh Datuk
Darah Putih dengan telapak tangan kanannya, begitu telapak tangan kanan
diangkatnya darah putih tidak keluar lagi.
“Allahu Akbar, Allahu Akbar,
Allahu Akbar”, pekik Datuk Darah Putih bersama dengan pekikan ketiga anak
buahnya. Pekikan itu disambut oleh para prajuritnya yang mati-matian berperang
mengenyahkan musuh. Tanpa ragu Datuk Darah Putih melompat keatas geladak kapal
perang musuh. Pedangnya ditebaskan kesetiap leher Belanda yang ada didekatnya.
Dalam waktu setengah jam tidak seorangpun musuh yang masih hidup diatas keempat kapal perang dilengkapi layar itu.
Esok paginya, Datuk Darah
Putih mengadakan musyawarah dengan para komanda regu. Katanya : “kita sebaiknya
kembali dahulu bila keadaan masih gawat baru kalian kembali kemedan laga.
Mungkin aku tidak akan memimpin kalian, terserah kepada baginda raja, atau
kepada baginda sultan yang akan menunjuk pemimpin kalian. Sesampai diatas
rumah, baginda raja Sungaiaro masih didampingi dubalang setianya itu,
diperhatikannya wajah Datuk Darah Putih yang tampak amat pucat pasi, diamatinya
pula wajah istri Datuk Darah Putih yang duduk berlunjur karena sedang membuai
anaknya.
“kanda nampak letih sekali
istirajatlah”
Datuk Darah Putih tidak
menyahuti ucapan istrinya, tetapi dia bersemangat untuk membelai anaknya. “nak,
engkaulah yang akan meneruskan perjuangan ayahmu!” begitu ucapannya selesai,
tampak dirinya mulai kaku da rebah terbaring Datuk Darah Putih wafat setelah
menyampaikan amanat kepada anaknya yang baru berusia seminggu itu.
PUTRI TANGGUK
Di darah Kerinci, disuatu
tempat yang bernama bunga tanjung ada seorang perempuan tua, Putri Tangguk
namanya, anak haji Baton. Putri Tangguk lain dari yang lain. Dia mempunyai huma
hanya seluas tangguk perangkap ikan kecil sekali bukan? Kendatipun kecil
hasilnya berlimpah ruah.
Sebagai seorang petani,
Putri Tangguk merupakan manusia yang amat beruntung itu pula yang menjadikan
dirinya tersiksa, kerjanya hanya menuai setiap hari. Kenapa tidak! Setiap habis
menuai, padinya sudah masak pula, dituai lagi masak lagi.
Putri Tangguk sudah lupa
mengurus dirinya, rambutnya sudah kusut masai tak pernah disentuh sisir,
pakaian sudah robek-robek, untuk menjahit ia sudah tidak punya waktu apalagi
untuk menenun, mandipun tidak sempat. Sehingga tidak mengherankan kalau daki
tubuh tebal diseluruh tubuhnya, patut untruk ditarah.
Anaknya tujuh orang, tak
menentu roman mereka Karena tak pernah diurus. Ibunya yang asik menuai padi
dari pagi hingga malam, berkunjung kerumah tetangga tak pernah lagi
dilakukannya, ia sehari-hari sibuk mengisi lumbung sehingga ketujuh buah
lumbungnya sudah penuh oleh padi.
Suatu malam dalam keadaan
capai dan lelah Putri Tangguk dan suaminya terjelampai berbaring dirumah
mereka, menjelang mata terpejam suami istri yang letih itu tampak
berbincang-bincang, ketujuh anak mereka sudah tidur dengan pulasnya.
Wahai kakanda” kata putri
tangguk kepada suaminya sambil menghela nafas panjang “kita telah bekerja
terus-menerus tak henti-henti menuai, hamba sudah sangat capai, coba kakanda
lihat anak-anak tak pernah lagi berdandan, kutu telah bersarang dikepala
mereka”
“ya” jawab suaminya terus
duduk “semua yang engkau katakana benar dan itu kesalahanmu sendiri, kesalahan
kita”.
“kalau demikian, hamba tak
hendak berhuma lagi!” kata Putri Tangguk “hamba tak memerlukannya, karena
ketujuh lumbung sudah penuh disamping memang hamba tak mampu terus-menerus
berada dihuma, selesai dituai dihadapan dibelakang sudah masak pula”.
Malam itu hujan turun dengan
lebatnya kedua suami istri beserta ketujuh anaknyapun sudah tidur dengan
pulasnya, besok pagi tenaga suami istri itu pulih kembali untuk menuai padi
dihuma. Jalan menuju huma amat licin, Putri Tangguk beserta suami dan
anak-anaknya terjatuh perempuan itu amat kesal nampaknya.
“Jalan keparat!” terdengar
Putri Tangguk menyumpah “hari ini kita tidak perlu bekerja padi yang tertuai
tumpahkan dijalan ini pengganti pasir, besok kita masih dapat menuai”
Mereka cepatkembali hari
itu, padi yang sudah dituai mereka taburkan disepanjang jalan yang mereka lalui
dengan begitu jalan tak licin lagi. Sesampai dirumah, Putri Tangguk masih
menggerutu menyesali sikap mereka yang selama ini terlena oleh loba sehingga
lupa mengurus diri dan anak-anak.
“sudah amat keterlaluan kita
ini” kata Putri Tangguk kepada suaminya “tak pernah lagi menyentuh diri, kita
asik menjepit tangkai-tangkai padi, baju sudah robek, kutu bergantungan
dikepala, hamba tak akan pergi kehuma lagi, biarlah padi-padi membusuk disana,
padi yang tersimpan dilumbung takkan habis dimakan seumur hidup, hamba sekarang
ingin hidup tenang”.
Putri Tangguk, suaminya dan
ketujuh anaknya tidak pernah lagi pergi kehuma mereka mencoba hidup senang.
Putri Tangguksudah mulai dapat menenun, baju anak-anaknya sudah dibuatnya, juga
baju suaminya. Untuk dimakan padi banyak tersimpan didalam umbungnya, suami
menjemur dan menumbuk padi bila persediaan sudah habis, beras itu kemudian
disimpannya didalam kaleng.
Suatu hari Putri Tangguk
asik bekerja menenun dan menjahit pakaian anak dan suaminya, ia lupa bertanak
dan memasak, tanpa disadarinya harti sudah malam, sementara anak-anaknya sudah
tertidur semuanya.
Tengah malam, terbangun
anaknya yang bungsu sambil menangis minta nasi, tetapi karena kecapaian Putri
Tangguk tak mengacuhkannya apalagi untuk menanak nasi.
“Sudahlah” kata Putri
Tangguk kesal “jangan menangis lagi esok engkau dapat makan sepuas-puasnya aku letih
benar rasanya kalau perlu akan kutanakkan padi ketujuh lumbung itu”. Anak
tersebut kembali tidur, tak beberapa lama antaranya terbagun pula anak yang
kedua juga merengek minta makan, namun tak dihiraukan sama sekali oleh Putri
Tangguk begitulah seterusnya sampai akhirnya terbagun anak yang tertua, tetapi
tidak diacuhkan oleh Putri Tangguk.
“Ambil sendiri nasi dalam
periuk” bentak Putri Tangguk kepada anaknya yang tertua itu.
“Engkau sudah besar, jangan
menuju ibu menyajikan makan tak engkau lihat betapa letihnya ibu menuai tadi
siang, apakah engkau tak dapat menanak nasi diperiuk?
Anak tadi pergi kedapur
mancari periuk dan membuka tutupnya tetapi dilihaynya periuk kosong tak sebutr
nasipun didalamnya
“Mak” terdengar anak
tersebut berseru “tak nasipun dialam periuk ini”
“Kemana perginya nasi
sebanyak itu tadi?” kata Putri Tangguk
“Kalau ibunda tk percaya,
lihat sendirilah kemari” jawab anaknya.
Setelah Putri Tangguk
melihatnya ternyata benar periuk kosong sama sekali.
“Biarlah” kata Putri
Tangguk, mungkin habis dimakan kucing, bersabarlah engkau menunggu hari siang,
esok kita bertanak”.
“Tidurlah!” terdengar suara
ayahnya.
“Takkan terpejam mata hamba
karena menahan lapar, ayah” jawab anaknya.
“Aku tak berani bertanak
nasi” terdengar pula Putri Tangguk berkata “tak elok menampi beras malam-malam,
nanti terdengar oleh padi marah mereka”.
Si anak nekad juga hendak
bertanak “mana ya beras kita”.
“Di dapu dalam bakul, beras
juga tidak ada, anak Putri Tangguk memanggil putrinya kembali.
“Tidak sebutir beraspun dalam bakul ini bunda” seru
anaknya.
Putri Tangguk bergegas pergi
kedapur dilihatnya bakul itu benar sudah kosong iapun berkata kepada anaknya
“biarlah esok kita menjemur”.
Kita ambil apdi dalam
lumbung” terdengar sang ayah menyela. Sebentar kemudian tak terdengar lagi
suara keluarga petani tadi lelah tertidur kembali.
Paginya matahari bersinar
dengan cahaya yang panas. Suami Putri Tangguk begitu bangun pergi kelumbung
hendak menjemur padi tetapi apa yang telah terjadi? Lumbung telah kosong ia
cepat menuju lumbung yang lain juga telah kosong, ia cepat menuju lumbung yang
lain juga telah kosong didalam ketujuh lumbungnya tak sebutir padipun
ditemuinya.
“Kurang ajar! Katanya kepada
istrinya “padi kita telah dicuri orang, semua lumbung telah kosong kita akan mendapat
kesusahan nampaknya.
Kedua suami istri petani
tersebut tidak percaya, mereka kembali memeriksa ketujuh lumbung yang kemarin
penuh. Tetapi bagaimanapun ceermatnya meneliti ternyata tak sebutir padipun
mereka temui, sementara itu anak-anak mereka sudah bertangisan karena lapar.
Putri Tangguk dan suaminya
bergegas berangkat menuju huma, tetapi disana tak sebatang padipun mereka
jumpai, usahkan padi jeramipun tidak ada. “kutuk apa yang menimpa kita ini”
terdengar suara Putri Tangguk kecemasan “mungkin karena kita menyebarkan padi
ketengah jalan kemarin?”
Hari itu keluarga petani
yang malang
tersebut terpaksa meminjam beras dari tetangganya, kalau tidak mereka akan mati
kelaparan, untunglah orang bersedia meminjamkan mereka. Tenggang rasa dan
kemanusiaan pada saat yang demikian amat diperlukan oleh keluarga Putri
Tangguk.
Malam hari dalam tidurnya,
Putri Tangguk bermimpi. Seorang tua dating kepadanya dan berkata “sesuai benar
dengan namamu, Putri Tangguk berhuma seluas tangguk, tetapi dapat padi sebanyak
bulu dibadan, dan engkau dalam pada itu telah menyerakkan padi disepanjang
jalan yang engkau lalui, alasanmu karena jalan licin, engkau tinggalkan
padi-padi itu disana bagaikan pasir-pasir melulu, tak tahukah engkau padi hitam
yang juga engkau serakkan itu adalah raja kami? Kalau padi biasa mungkin takkan
apa-apa. Tetapi raja padi engkau perlakukan sedemikian. Sekarang kami takkan
kembali lagi kesini bagimu sudah menanti nasib yang menyedihkan bagi anak
cucumu, dapat pagi habis petang, dapat petang habis pagi”.
Putri Tangguk terbangun
dilihatnya hari sudah siang, ia menangis terisak-isak bahkan kata pepatah sesal
kemudian tidak berguna.
BUKIT SANGGAR PUYUH
Kerajaan Jambi adalah
kerajaan yang merdeka dan berdaulat, aman dan makmur. Pemukiman penduduk berupa
desa-desa dan dusun-dusun kecil kiri-kanan sungai Batang Hari. Maupun
dikiri-kanan anak-anaknya aman dan tentram. Lebih-lebih lagi karena raja
memberikan kebebasan kepada kerajaan-kerajaan kecil dalam kerajaan Jambi.
Hubungan kerajaan Jambi
dengan kerajaan Johor disemenanjung Malaya
teramat erat. Kerajaan-kerajaan kecil merasa manfaat dan faedah bersahabat
dengan kerajaan Johor. Tetapi, persahabatan itu terganggu juga akhirnya.
Kerajaan-kerajaan kecil tidak tinggal diam, berusaha membela martabat baginda
raja Jambi.
Padahal pasalnya sepele,
perbuatan raja Johor dinilai memalukan baginda raja Jambi, maka malu harus
dibayar malu pula. Perkawinan raja Johor dengan putri raja Jambi tidak jadi
“menurut adat Jambi, telah merupakan penghinaan.
“Ya…, Johor menhina Jambi,”
ujar baginda raja dalam suatu rapat. “Johor akan kita ajar, walau tidak melalui
peperangan.
“Lalu …? Bagaimana cara
menebus malu?”
Pertanyaan salah seorang
raja dalam rapat itu dijawab oleh baginda raja : “kirim mata-mata kita mesti
tahu kekuatan lawan, begitu juga jenis senjata yang mereka gunakan”.
Berarti …., akan kita
serang?
“tidak, hanya cukup memberi
pelajaran,” jawab baginda raja. “Beta kira tugas kerajaan untuk menembus malu
beta percayakan kepada kerajaan Bungin Petar”.
Di Kerajaan Bungin Petar
terkenal kegagahan dan keberanian panglimanya, yaitu bernama Pasak Melintang
Jambi.
Nama itu dikenal dengan
gelar Panglima Beremban Besi. Raja Bungin Petar menjelaskan kepada panglimanya,
seorang hulubalang hebat, tentang tugas yang dipercayakan baginda raja Jambi
kepadanya.
Panglima Beremban Besi
mencari beberapa teman yang bisa dapat dipercaya untuk membantunya. Selama
berminggu-minggu kesana-kemari, akhirnya ditemukannya Datuk Suridiraja,
diceritakannya sejelas-jelasnya tugas yang diembannya.
“Kerajaan Johor?” gumam
Datuk Suridiraja. “kalau begitu aku yang akan menghubungi kawan-kawan kita.”
Tiga hari setelah itu, Datuk
Suridiraja telah membawa orang hulubalang tangguh, yaitu Datuk Panglima Agung
yang berasal dari kerajaan Aurcino, dan Datuk Puyang Pekak, berasal dari
kerajaan Sengalau. Setelah dihadapkan dan dibicarakan panjang lebar tentang
rencana keberangkatan mereka ke kerajaan Johor, berkata Panglima Beremban Besi,
“Kita melapor dan meminta izin terlebih dahulu kepada Bungin Petar, agar kita
dapat menghadap baginda raja Jambi. Tanpa izin raja kita, kita tidak patut dan
mungkin tidak akan diterima oleh baginda raja Jambi”.
Baginda raja Jambi menyambut
hangat kedatangan keempat hulubalang dan ahli perang dari udik itu. Katanya :
“Berangkatlah! Usahakan jangan sampai rakyat banyak dinegeri Johor menjadi
korban, cukup menghukum rajanya”.
“Apakah boleh kami membawa
senjata untuk penjaga diri?” Tanya Datuk Suridiraja “tentu! Pilih sendiri, mau
meriam … ya ambil! Mau senjata lain, silakan! Perbekalan dan perahu layar telah
disiapkan”.
Sebelum berangkat mereka
berdiskusi. Maklum, dari mata-mata yang dikirin ke Johor diperdapat penjelasan
bahwa benteng amat kuat. Dindingnya benteng yang tinggi selain itu pintunya
tidak mudah dibuka, untuk menghadapi kekuatan itu, mereka sepakat untuk membawa
meriam besar. Pelurunya dipinjam dari Datuk Puyung Pekak , ia
berbadan kuat, kebal dan bertelinga tuli. Setelah pintu benteng terbuka, ketiga
hulubalang yang diluar akan masuk.
Setelah berjam-jam menanti,
timbul kekhawatiran yang merayap kesekujur tiga temannya. Berkata Datuk
Berembang Besi, “kita hulubalang buka? Datuk Puyang Pekak tentu telah ditawan
musuh. Karena itu, mari kita bersama-sama menerjang pintu benteng, kita
tumpahkan kekuatan lahir batin kita”.
“Ayo, kita lakukan
sekarang.” Ajak Datuk Panglima Anggun. “Jika kita cepat pulang setelah tugas
selesai, kita akan dapat putuh lagi”.
Ketiga hulubalang itu
serempak menerjang daun pintu benteng. Daun pintu terbuka dan langsung
terjatuh. Begitu ketiga hulubalang itu masuk, mereka terkejut jadinya. Rupanya
Datuk Puyang Pekak sedang mandi dengan santai disebuah kolam. Dia ditonton oleh
beberapa orang gadis rupawan, tidak tampak rasa malunya, kecuali, tersimpul
senyum menyambut khadiran ketiga temannya senyumnya lenyap setelah
prajurit-prajurit yang mengawal benteng menyerang ketiga temannya. Mau tidak
mau diapun turut bertempur, mayat musuh bergelimpangan.
Pasukan tambahan didatangkan
oleh panglima perang kerajaan Johor. Untuk menghindari korban yang lebih besar,
maka keempat hulubalang Jambi membumi hanguskan benteng dan rumah-rumah
disekitar benteng yang mereka duga sarang musuh. Api besar melahap mangsanya
cepat sekali. Hanya sebuah rumah kecil diluar benteng yang sedikitpun tidak
dijilat api.
“Ada apa didalam rumah itu?” Tanya Datuk
Suridiraja
“Kukira ada barang keramat
didalamnya”.
“Kita selidiki,” sambung
Datuk Panglima Anggun
Betapa mereka gembira,
karena benda keramat itu bukan sembarang benda. Dia adalah seorang anak
perempuan yang berusia 8 tahun. Cantik sekali kulitnya kuning langsat,
rambutnya ikal mayang ada lesung pipit dipipinya.
“Tugas kita selesai,” kata panglima
anggun beremban besi. “Gadis ini kita bawa ke Jambi, akan kita serahkan kepada
baginda raja.”
Sesampai di istana raja
Jambi, mereka disambut dengan upacara kebesaran. Tidak kepalang suka cita
beginda raja atas keberhasilan misi keempat hulubalang pilihan itu. Katanya
sesaat akan menutup upacara, “Gadis Johor ini beta serahkan kepada kalian
berempat, asuh dan didik baik-baik. Anak inilah kelak akan mengeratkan tali
persahabatan kita dengan Johor, sehingga tidak lagi timbul dendam kesumat di
kemudian hari”.
Si gadis cilik, begitu
mereka menamakan anak itu, mereka bawa ke kerajaan Bungin Petar. Disana dikaki
bukit yang jauh dari pusat kerajaan, gadis tadi dibawa melihat-lihat orang
memikiat puyuh. Disana si gadis cilik belajar memikat puyuh, sebuah bukit yang
dongengnya sering ditutur orang.
RIWAYAT SINGKAT RAMBUT PANJANG
Nama Pemilik : Sikusuk (Panjang Jato)
Usia Pemilik : 60 Tahun
Panjang Rambut : 240 CM
Hidup Pada Abad : 16 Masehi (+ 450 tahun yang lalu)
Desa Asal : Air Liki Kecamatan Pembantu
Tabir Ulu
Kelainan Fisik : 1. Payu Dara Hanya Satu
2. Tidak
mempunyai pusat
Riwayat yang kami terima
dari nenek moyang secara turun temurun yaitu sebagai berikut :
Si Kusuk (panjang jato)
berasal dari Sumatra Barat + 450 tahun yang lalu, beliau dating masih
dalam keadaan gadis (perawan) dan membawa 6 (enam) orang pengikut yang
kesemuanya laki-laki lalu menempati daerah hulu sungai Tabir yang merupakan
lokasi penambangan emas maka tertariklah beliau untuk membuat kampung kecil
yang sekarang dinamakan dusun Renah kepayang.
Setelah usahanya berhasil
maka ia ingin mempunyai suami, dipilihlah salah satu dari pengikutnya untuk
menjadi suaminya. Setelah beliau kawin pada malam pertamanya suaminya meninggal
dunia, maka dipilih lagi dari salah satu pengikutnya namun pada malam pertama
juga meninggal dunia. Begitulah sampai keenam pengikutnya dijadikan suami yang
kesemuanya meninggal dunia pada malam pertama.
Dengan peristiwa seorang
dengan enam kali kawin, yang keenam suaminya meninggal dunia pada malam
pertama, maka berita itu terdengar oleh seorang laki-laki yang bernama Titian
Alam (berasal dari Kerinci/ Dusun Lolo), maka timbullah minat untuk menjadi
suami ketujuh dari Sikusuk karena ingin tahu kesaktian Sikusuk maka Titian Alam
langsung dating ke dusun Renah Kepayang untuk mengemukakan maksudnya, Sikusuk
pun menerima maksud permintaan Titian Alam dan langsung kawin.
Pada malam pertama suaminya
bertahan supaya jangan tertidur. Karean suaminya bertahan maka istrinya yang
tertidur. Setelah istrinya tertidur maka suaminya membuat lukah (alat perangkap
ikan) dari bamboo. Sewaktu suaminya sedang meraut bambu disamping disamping
kiri istrinya yang sedang tertidur terlihatlah seekor lipan putih keluar dari
sanggul rambut istrinya menuju arah suaminya yang duduk meraut bambu, setelah
melihat lipan tersebut maka timbullah perasaan suaminya bahwa lipan tersebutlah
yang menjadi penyebab keenam suaminya meninggal, lalu berusaha membunuh lipan
putih tersebut namun usahanya selalu gagal, karena setiap dipukul tidak
mengenai sasaran. Kesibukan itu membuat istrinya terbangun dan melihat suaminya
berusaha membunuh lipan putih tersebut maka Sikusuk berkata “Jangan dibunuh
lipan itu, karena dia sahabat kita” dan istrinya langsung menangkap lipan putih
itu dan kemudian diletakkan diatas kepalanya dan lipan-lipanpun menjalar masuk
sanggul rambut istrinya yang terbuat jalinan rambut panjang. Dengan demikian
selamatlah suaminya dari peristiwa itu.
Karena suaminya masih
ragu-ragu maka dibuatlah suatu karang setu (perjanjian) yang isinya sebagai
berikut :
- Kalau istrinya menggunting dalam lipatan, menusuk teman seiring atau berlaku serong maka dikenakan sangsi yaitu : keatas tidak berpucuk kebawah tidak berurat ditengah-tengah ditakuk kumbang kunyit ditanam putih isinya kencur ditanam tidak berbau keatas disaksikan oleh bulan dan bintang kebawah disaksikan oleh bumi sisinya.
- Kalau suaminya menggunting dalam lipatan menusuk teman seiring atau berlaku serong mendapat sangsi yang sama.
Setelah selesai sumpah
karang seto maka timbullah jalinan cinta kasih dalam kehidupan rumah tangga
antara Sikusuk dan Titian Alam dan dikaruniai lima orang anak (dua laki-laki,
tiga perempuan) sepasang anak Titian Alam dan Sikusuk dibawa ke Kerinci (dusun
Lolo) dan yang lain masih tinggal di dudun Renah Kepayang Air Liki kecamatan
pembantu Tabir Ulu Kabupaten Bangko.
Pada suatu hari Sikusuk
memanggil anak cucunya untuk mengambil rambut panjang pada ubun-ubunnya untuk
disimpan dan tidak laam setelah itu Sikusuk meninggal dunia pada usia 60 tahun.
RAJA KOLONG
Dahulu disudut daerah
dipinggir Batang Hari, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang
belum beristri, namanya kolong.
Suatu hari, baginda pergi
berlayar disebuah pulau baginda berhenti dan duduk disebuah batu sambil makan
sirih. Sampah sirihnya dibuang diatas batu, kemudian baginda kembali ketempat
anak buahnya bekerja.
Dan ketika itu putri primping
ingin sekali makan sirih, tetapi ia malas bergerak, kendatipun untuk mengambil
pesirihnya. Tanpa piker panjang lgi sepah sirih punya raja kolong itupun
diambilnya dan lalu memakannya. Begitu sirih termakan tubuhnya panas dingin.
Berkali-kali ia muntah sampai masa sebulan tahulah dia bahwa dirinya sudah
hamil.
Putri tersabung heran dan
berusaha untuk mengingat-ingat kembali kalau-kalau ada sesuatu yang terjadi
dikarenakan perbuatan seorang lelaki sekampunya. Tetapi tidak ada, melainkan
dia hamil karena makan sirih raja kolong tersebut, yang diantarkan oleh seekor
tabuan.
Setelah tiga bulan barulah
ibu bapaknya tahu bahwa anaknya hamil. Aib telah terjadi didalam keluarga kecil
itu. Lalu putri perimping dibuang kedalam rimba, jauh dari kehidupan manusia.
Sebelum berangkat putri primping mengambil sebutir telur ayam, beras
sebungkusan kecil. Telur tadi diletakkannya didalam bungkusan besarnya juga
dibawanya sebilah pisau.
Lama-klamaan didalam rimba
telur yang dibawanya menetas, seekor ayam jantan yang btumbuh menjadi besar dan
sangat mengagumkan. Ayam inilah yang menjadi teman dan penghibur hatinya. Tak
lama kemudian, putri perimping pun melahirkan anaknya seorang laki-laki yang
diberi nama bujang laju. Suatu hari putri perimping dikejutkan bunyi gendang
dan tawak-tawak dipukuli orang, semakin lama bunyi itupun semakin keras.
“Bunyi apa itu nak?” Tanya
putri perimping kepada bujang laju.
“belum pernah rasanya aku
dengan bunyi yang demikian”.
“Entahlah, bunda! Jawab
bujang laju
“Mungkin isyarat raja yang
baru kembali dari berlayar”. Hamba ingin melihatnya.”
“Engkau tak boleh pergi
kesembarang tempat!” kata ibunya menasehati. “kita hidup ditengah rimba
lengang, jangan-jangan nanti engkau tersesat, kemana harus bunda cari?”
“Tidak!” seru bujang laju
Lalu bujang laju pergi
dengan meminta restu kepada ibunya dan meminta pisau untuk menebang kayu dan
membuat titian ke negeri raja, serta mengambil ayam. Semakin lama makin panjang
pula titian tersebut yang akhirnya tembus kesebuah negeri yang bersih dan ramai
akan penduduk dan pohon kelapa.
Berkerumunan ayam betina,
bujang laju menghamburkan ayam jantannya. Orang-orang yang melihatnya
menertawakan.
“Keganjilan apa pula ini
buyung!” kata salah seorang kepada bujang laju.
“Mengapa ayam jantan engkau
ada dengan ayam betina.”
“Biarlah!” jawab bujang laju
acuh tak acuh. “Hamba takut ayam hamba akan kalah.”
Mendengar tutur yang
demikian rupa orang tertawa-tawa karena merasa lucu. Tetapi bujang laju tak
marah. Ayam diambilnya dan terus berjalan. Dekat istana raja, ayamnya
dihamburkannya dan berkokok serta bersyair
“kuku-kukuruyuk
Raja Kolong pergi berlayar
Makan sirih diatas batu
Sepah digonggong oleh tabuan
Diantarnya kepada putri
perimping
Yang asik menenun
Diserambi rumahnya
Sepah dimakan oleh sang
putri
Hamillah ia kala itu
Ketika hamil tiga bulan
Dibuang ayah dan bundanya
Kedalam rimba raya
Ya lahir anaknya
Bernama si bujang laju
Pada saat itu Raja Kolong
sedang berdiri ditaman, baginda amat takjub mendengar kokok dan syair yang
didendangkan ayam jantan bujang laju. Baginda termenung, tetapi kemudian
didekati anak lelaki si punya ayam tersebut.
“Hamburkan sekali lagi nak!”
pinta Raja Kolong kepada bujang laju. Dihamburkannya lagi ayam tersebut, lalu
ia berkokok dan bersyair seperti semula.
“Nak!” kata baginda aku beri
engkau makan dan minum, esok engkau kembali lagi kesini.”
Baginda memberinya kain
serta baju secukupnya kepada anak laki-laki itu dan dielus-elusnya.
“Berapa orang yang tinggal
dirumahmu?”
“Hanya hamba dan ibunda
hamba saja tua!” jawab bujang laju
“Ayahmu dimana?”
“Hamba tidak mempunyai ayah,
setahu hamba kami hidup Cuma berdua.
“Apakah ibundamu masih
muda?”
“Baru hamba seorang tuan,
yaitu saya”.
Setelah itu pikiran baginda
semakin tak menentu, ia memang pernah dulu dilaut makan sirih diatas batu,
sepah sirihnya digonggong seekor tabuan.
Kemudian Raja Kolong
menyuruh bujang laju tersebut untuk pulang kerumahnya dengan membawa banyak
perbekalan yang diberikan raja dipagi harinya.
Sesampai dirumahnya ditengah
rimba, bujang laju segera memanggil ibunya yang telah menunggu dengan cemas.
“O, bunda!” seru bujang laju
“Tolong Bantu turunkan barang-barang sebanyak irtu dari pundakku.”
“Ai, dari mana engkau
mencuri barang itu?” kata putri perimping kepada anaknya. “Tak elok berbuat
demikian nak!” nanti engkau mati dibunuh orang.”
“Hamba tidak mencuri!” jawab
bujang laju. Hamba dianugerahi baginda bahkan menanyakan siapa ayah hamba.
“Ai, menagapa kau ceritakan
semua itu nak!”
“Baginda Cuma bertanya
bunda!”
Esoknya bujang laju
berangkat, sesampainya diistana raja ayamnya dihamburkannya lagi dan berkokok
dengan syair. Raja kolong mendengar dan menyimaknya benar-benar.
“Kali ini engkau dianugerahi
makanan!” kata baginda raja. Kemudian keranjang bujang laju diambilnya. Bagian
bawah keranjang diisinya dengan dedak. Aiatasnya baru diisi dan ditaruhnya
makanan.
Tak lama berkalan raja
kolongsampai dirumah bujang laju dengan mengikuti dedak yang berceceran
tersebut. Baginda mengintip dari bawah rumah, sementara diatas rumah terdengar
bujang laju bercakap-cakap dengan ibundanya, putri perimping. Tiba-tiba sesuatu
yang dipegang perimping lepas.
“O,o, kakak raja kolong!”
kata putri perimping
“Benar, akulah raja kolong!”
kata putri perimping tak menyadari apa yang diucapkannya
Engkau rupanya dik, yang
membuat aku menanggung rindu selama ini.
“Selamat!” kata baginda
memcahkan kesunyian.
“Engkau kembalilah! Temui
ayah dan bunda, katakana kepada beliau aku mendapat duo sekaki.”
Setelah dipersiapkan
semuanya, rombongan hulubalang pun berangkat menjemput raja kolong. Putri
perimping serta bujang laju untuk dijadikan permaisurinya. Meski rintangan dan
perlawanan dari ayahnya ia mampu untuk bertahan.
ASAL MULA NEGRI JAMBI
Dahulu kala dipulau Sumatra ada seorang gadis cantik bernama Putri Pinang
Masak, putri ini sangat terkenal akan kecantikannya. Kulitnya putih
kemerah-merahan seperti namanya yaitu kulit pinang yang masak. Siapa yang
memandangnya pasti akan terpesona.
Akan tetapi bukan hanya
kecantikaan lahiriah gadis itu yang membuat terkenal, melainkan juga sifatnya
yang lemah lembut dan baik hati sehingga membuat siapa saja akan selalu
menyukainya. Para wanita dan sesame gadis
ingin bersahabat dengannya, sedangkan para pemuda dan pangeran berebutan ingin
mempersuntingnya namun sejauh itu dia belum bermaksud berumah tangga.
Pada suatu hari datanglah
lamaran dari raja yang terkenal kaya raya dan sangat besar kekuasaannya. Jika
lamarannya ditolak tentu saja raja akan murka dan timbul peperangan. Padahal
sang putri tidak menyukainya karena raja itu buruk rupa.
Putri Pinang Masak mencari
akal. Bagaimana menggagalkan lamaran si raja buruk rupa.
Maka ia berkata kepada si
utusan, “Baik, lamaran aku terima tapi dengan dua syarat. Pertama, baginda
harus mampu membuat istana yang indah berikut isi, perabotan hanya dalam tempo
waktu satu malam saja, mulai sore sampai terdengar ayam berkokok
bersahut-sahutan.”
“Hamba akan sampaikan, lalu
apa syarat yang kedua?” Tanya utusan raja buruk rupa.
“yang kedua, jika bginda
raja gagal memenuhi syarat pertama, maka ia harus menyerahkan seluruh harta
kekayaannya dan kejayaannya kepada saya.”
Mendengar persyaratan itu
sang utusan merah wajahnya. Namun ia tak berani bertindak macam-macam. Ia
segera pulang dan menyampaikan persyaratan itu ekpada baginda.
Ternyata baginda menyanggupi
syarat itu karena beliau sangat mencintai Putri Pinang Masak.
“Wahai tuanku.” Ujar
penasehat kerajaan “Sadarkah tuanku resiko dari persyaratan itu? Jika gagal
paduka akan kehilangan kerajaan ini.”
Baginda berdiam beberapa
saat. Namun segera berkata “tidak mengapa, bukankah sudah lama aku hidup
seorang diri. Kini tiba saatnya aku mengambil seorang permaisuri, aku yakin
bisa memenuhi permintaannya.
Baginda segera mengumpulkan
rakyat dan ahli pertukangan, bukan hanya tukang dikerajaannya, bahkan ia
menyewa dan membayar mahal para tukang dari luar negeri yang bersedia
membantunya. Para tukang itu diperintah bekerja
dengn cepat karena istana itu harus selesai dalam waktu satu malam.
Pembangunan itu mulai
dilaksanakan pada senja hari. Beribu-ribu tukang pandai dikerahkan. Ditempat
itu juga dinyalakan beribu-ribu lampu sehingga terlihat terang benderang.
Baginda berkeliling memeriksa orang-orang yang sedang bekerja.
Tepat tengah malam, baginda
berkeliling lagi, separo pembangunan telah selesai dengan sempurna keindahan
yang diperlihatkan oleh istana itu tidak dapat dilukiskan lagi.
Putri Pinang Masak khawatir.
Padahal permintaannya untuk membuat istana dalam satu malam hanyalah sekedar
alas an yang dicari-cari belaka, agar raja tidak jadi menikahinya. Ternyata
baginda sangat nekad, ketika hari menjelang pagi istana itu hampir selesai
tinggal melicinkan saja.
Baginda sangat gembira,
sebuah kota
baru telah muncul ditempat itu dengan tiba-tiba. Sebaliknya, Putri Pinang Masak
sangat sedih, ia tidak dapat tidur malam itu, hatinya sangat risau, ia terus
mencari akal untuk menggagalkan niat baginda dari timur.
Tiba-tiba Putri Pinang Masak
mendapat akal, ia pergi kekandang-kandang ayam, lampu yang sangat terang
dipasangnya dikandang-kandang ayamitu sehingga ayam-ayam mengira hari telah
siang, merekapun langsung berkokok berulang-ulang baginda dan rakyatnya
terkejut.
Dengan sangat berat hati
baginda berkata kepada rakyat dan para tukang. “sudah hentikan pekerjaan ini.”
“mengapa baginda? Bukankah
pekerjaan ini hampir selesai?” Tanya salah seorang pekerja.
“Betul katamu tetapi kita
telah kalah. Dalam perjanjian ini sitana harus selesai sebelum ayam berkokok
bersahut-sahutanm, itu berarti hari telah pagi.
Pekerja dihentikan dengan
sangat terpaksa, Putri Pinang Masak dating menemui baginda.
“Baginda anda telah gagal
memenuhi syarat saya. Apakah istana yang belum selesai ini akan baginda
hancurkan lagi?”
Sesuai dengan kesepakatan
yang telah dibuat maka baginda raja harus menyerahkan seluruh harta dan
kerajaannya. Sejak saat itu negeri timur diganti dengan nama negeri Putri
Pinang Masak, gadis cantik itu menjadi raja dinegeri itu. Orang-orang dari
negeri lain menyebut negeri itu sebagai negeri pinang. Pinang
dalam bahasa Jawa adalah Jambe, maka raja-raja dari Jawa menyebutnya kerajaan
Jambe lama-kelamaan Jambe berubah menjadi Jambi.
ASAL MULA NAMA SUNGAI BATANG HARI
Sungai terpanjang di pulau
Sumatera adalah Batang Hari. Kata Batang artinya sungai. Namun, orang sudah
biasa mengatakan sungai Batang Hari. Bagian terpanjang Batang Hari dan muaranya
memang terletak di provinsi Jambi, sebagian kecil bagian hulunya di provinsi
Sumatera Barat.
Pada zaman dahulu, ketika
penduduk negeri Jambi sudah mulai banyak dan mereka memelukan seorang raja yang
bisa memimpin mereka, menyatukan negeri-negeri kecil supaya menjadi satu negeri
yang besar, mereka mengadakan sayembara. Barang siapa yang ingin menjadi raja
negeri Jambi, harus sanggup menjalani ujian, yaitu dibakar dengan api yang
menyala berkobar-kobar, direndam dalam sungai tiga malam, dijadikan peluru
meriam ditembakkan, digiling dengan kilang besi yang besar. Penduduk setempat
tidak ada yang sanggup menjalani ujian itu. Tokoh-tokoh terkemuka dari desa
Tujuh Koto, Sembilan Koto Batin Duo Belas, semua menyerah pada ujian keempat,
yaitu digiling dengan kilang besi.
Tokoh-tokoh masyarakat
negeri Jambi pada waktu itu lalu bersepakat untuk mencari orang dari luar
negeri jambi, yang sanggup menjadi raja negeri Jambi melalui ujian yang telah
ditentukan. Perjalanan mencari orang luar negeri Jambi tidak mudah karena zaman
dahulu orang harus menempuh jalan setapak, menerobos hutan, menyusuri sungai,
menghadapi perampok atau binatang buas. Akhirnya, mereka sampai pada sebuah
negeri asing, yaitu indi bagian selatan, yang penduduknya kebanyakan
hitam-hitam. Mereka lalu menyebut negeri itu negeri keling (India ).
Berkat ketekunan mereka, di
negeri Keling itu ditemukan satu orang yang menyatakan kesanggupannya menjalani
berbagai ujian dan akan memerintah negeri Jambi dengan bijaksana, serta
berjanji akan membuat rakyat Jambi aman, makmur dan sejahtera.
Dengan gembira, calon raja
itu dibawa pulang ke negeri Jambi dengan dendang gembira. Perjalanan panjang
melayari samudra luas kembali ke negeri Jambi memakan waktu yang lama.
Terkadang cemas menghadapi angina topan gelombang setinggi bukit, hujan deras
bersampur petir, siang ataupun malam hari.
Selama perjalanan itu, mereka
banyak berbincang-bincang dengan calon raja mereka. Dari perbincangan itu
mereka tahu calon raja mereka adalah orang yang pintar.
Deburan ombak, hembusan
angina, gelap malam atau benderang cahaya bulan, teriknya matahari atau gelap
awan hitam, sudah silih berganti. Mereka singgah sebentar di Malaka untuk
membeli perbekalan, singgah di negeri Acah untuk beristirahat atau menambah air
tawar untuk diminum.
Pada suatu hari, mereka
sudah dekat dengan negeri Jambi da sudah memasuki muara sungai yang besar sekali,
tempat mereka dulu mencari atau memulai perjalanan. Walau sungai besar itu
sudah mereka kenal, sudah mereka layari dengan dendang, dan sudah diminum
airnya, tapi mereka juga belum mengetahui nama sungai itu. Ketika mereka ingin
menguji calon raja baru itu. Apakah calon raja dari negeri Keling itu
mengetahui nama sungai itu atau tidak. Mereka ragu-ragu bertanya karena rasanya
kurang sopan bertanya karena hari sudah petang dan pemandangan menjadi
remang-remang.
Seorang dari mereka bertanya
yaitu orang Batin Duo Belas mengajukan pertanyaan kepada calon raja negeri
Keling itu.
“Tuanku calon raja kami.
Elok kiranya tuanku jika dapat menjawab sebuah pertanyaan kami.
“Tanyalah mengenai apa
saja”.
“Muaro sungai besar yang
sedang kita layari ini, apa gerangan namanya tuan?”
“Haa… inilah yang bernama
muaro kepetang hari.”
Ternyata calon raja itu
menjawab cepat, padahal sungai itu belum pernah dikenalnya.
Sesampai didesa Mukomuko,
mereka menyebar berita kepada orang ditemuinya. Mereka mengatakan bahwa nama
sungai besar di negeri Jambi itu bernama kepetang hari. Setelah bertahun-tahun
lamanya, kemudian berangsur terjadi perubahan menjadi sungai petang hari, dan
akhirnya menjadi Batang Hari (Sungai Batang Hari).
ASAL-USUL KERIS SIGINJEI
Lambang daerah Jambi
terdapat gambar sebilah keris, maksudnya gambar keris itu adalah Keris Si
Ginjei. Keris yang paling indah dari keris-keris lainnya dinusantara itu
memiliki bisa yang ampuh. Keris Si Ginjei bukan saja dikenal oleh rakyat di
sepucuk Jambi sembian lurah, tetapi terkenal pula di nusantara sampai
kenegara-negara Eropa.
Asal-usul Keris Si Ginjei
ini berasal dari Orang Kayo Hitam, anak bungsu dari pasangan suami istri Datuk
Paduko Berhalo asal Turki dan Putri Selaras Pinang Masak asal kerajaan
Pagaruyung. Orang Kayo Hitam berusaha membebaskan kerajaan melayu dari beban
pembayaran upeti setiap tahun. Upeti berupa pakasam pacat dan kalong itu
sekalipun tidak bernilai dipandang oleh Orang Kayo Hitam sebagai tanda takluk.
Berarti kerajaan melayu tidak berdaulat dan tidak merdeka penuh. Padahal,
hubungan baik antara Melayu dan Mataram ditanah Jawa itu telah cukup lama
berlangsung.
Ketika utusan kerajaan
Mataram meminta pembayaran upeti, dia disakiti dan dimarah-marahi oleh Orang
Kayo Hitam. Sejak kejadian itu Orang Kayo Hitam berusaha membekali diri dengan
belajar ilmu bela diri, bahasa Jawa dan adat-istiadat orang-orang Mataram. Sang
prabu Mataram tersinggung karena utusannya disakiti dipanggilnya para ahli
nujum dan para tukang tenung. Dipintanya ramalan kelebihan dan kekurangan
kerajaan Melayu. Tetapi tidak tampak oleh hamba niat buruk penguasa Melayu
karena pemuda itu gagah, tampan, baik
budi dan pemuda itu amat sakti. Pemuda itu bernama Orang Kayo Hitam dia akan
menginjakan kaki ditana Mataram ini.
Setelah tukang tenung dan
ahli nujum itu pulang, usahakan orang dindingpun tidak boleh mendengarkan cakap
kita. Sebab rahasia kita dalam menempa senjata ampuh untuk menghadapi Orang
Kayo Hitam karena dia amat sakti. Kita tidak menyakiti Orang Kayo Hitam tetapi
kita hanya bersiap-siap saja, maklum jika Orang Kayo Hitam berniat jahat, kita
dapat membela diri. Ahli nujum menjelaskan “Tempa sebilah keris! Pilih seorang
empu yang dipercayai. Menempa keris itu ada syaratnya, yaitu selama 40 malam
jum’at kliwon. Bahan-bahannya besi dan baja sembilan macam yang pangkal namanya
“P” misalnya parang, paku, tidak boleh dibeli maupun dipinta, tetapi dicuri,
masing-masing besi dari sembilan jenis senjata itu dicari dari sembilan desa
yang nama masing-masing desa berawal huruf “P” juga missal, Perkalongan,
Pamekasan. Jika syarat pembuatan keris itu terpenuhi yakinlah bahwa senjata itu
dapat digunakan untuk menaklukkan Orang Kayo Hitam. Di dalam gua yang
tersembunyi dari penglihatan orang banyak, dibelakang desa tua bernama
Majapahit seorang empu menempa keris yang diperlukan oleh sang prabu Mataram.
Orang Kayo Hitam memang sangat sakti, begitu menginjakan kaki ditanah Jawa
langsung berubah rupa. Dirinya seakan-akan disulap menjadi pemuda kudisan. Bau
busuk dadanya membuat orang-orang yang berpapasan dengannya muntah-muntah.
Sikudisan tersesat digua tempat empu menempa keris “hamba tersesat empu!” jawab
sikudisan dalam bahasa Jawa yang halus dan sopan. “mohon kerendahan hati empu
agar hamba bermalam bersama empu.
Selama ini tidak seorangpun
menginjakkan kaki dimuka gua itu, karena dia manusia berbudi timbul rasa
kasihan kepada pemuda yang berbau busuk itu. Kali ini kukabulkan permintaanmu.
Ingat, jangan berdusta! Pagi-pagi esok engkau mesti pulang ketempatmu. Malam
esoknya dating lagi sikudisan, sedikit terjadi pertengkaran, karena si empu
tidak mengizinkan si kudisan bermalam lagi disana. Hamba ingin meminta tolong
kepada empu untuk menyembuhkan hamba.
Hamba mengindap penyakit yang menjijikkan. Menurut mimpi hamba empu seorang
yang mampu menyembuhkan hamba, dengan air bekas merendam keris yang belum siap
empu buat sebagai obat. Begitu selesai diteguk, langsung semua kudis didadanya
lenyap. Kemudian empu menganggap pemuda itu sebagai anak kandungnya. Setelah
tahu empu bahwa pemuda itu adalah Orang Kayo Hitam, si empu tergeletkak pingsan
dilantai gua saat itu pula Orang Kayo Hitam mengambil keris yang
disembunyikan empu diusap-usapkannya
beberapa kali muka orang tua itu dengantelapak tangan kanan si empu siuman.
Singkat cerita setelah
menerima berita bahwa Orang Kayo Hitam telah membunuh si empu 40 prajurit jadi
amyat maka segera sang prabu mengadakan sidang darurat. Dalam rapat itu berkata
putri ratu “Orang Kayo Hitam tidak boleh dihadapi dengan kekerasan, sebab
senjata untuk menaklukkannya sudah ditangannya. Kemudian putri ratu menikah,
ketika perias pria akan menukar tusuk konde sanggul Orang Kayo Hitam, si
mempelai pria itu marah-marah katanya lebih bernilai gunjaiku daripada serpihan
tanduk kerbau orang Jawa. Sejak itulah Orang Kayo Hitam menamakan keris itu
gunjai, yang lama-kelamaan menjadi si ginjei dan disiapkan didesa Muara Jambi
oleh si empu. Dari cerita tadi, jelaslah bahwa pemegang pertama keris si genjai
adalah Orang Kayo Hitam. Pemegang terakhir adalah Sultan Thaha Saifuddin.
Cerita asal-usul keris si
genjei berasal dari Desa Muara Jambi, Kabupaten Dati II Batang Hari.
Pameran cerita antara lain :
-
Orang Kayo Hitam
-
Pangeran Wirolang dilaut
-
Sang prabu Mataram
-
Putri Ratu
-
Si empu
TUAN MUDA SENANING
Sebuah negeri di daerah
Jambi diperintah seorang raja bernama Sutan Mambang Matahari. Beliau mempunyai
seorang anak laki-laki bernama Tuan Muda selat dan seorang anak perempuan
bernama Putri Cermin Cina.
Pada suatu ketika, datang seorang pedagang muda ke
daerah itu, pedangang itu bernama Tuan Muda Senaning. Ia dan anak buahnya
langsung merapat dipelabuhan negeri itu. Kedatangan Tuan Muda Senaning diterima
Sutan Mambang Matahari dengan sangat baik.
Putri Cermin Cina jatuh hati
pada Tuan Muda Senaning, demikian pula sebaliknya. Mereka berjanji hendak
membangun rumah tangga. Tidak lama kemudian Tuan Muda Senaning dating melamar kepada
Sutan Mambang Matahari. Dengan senang hati Sutan Mambang Matahari menerima
lamaran itu. Beliau mengatakan bahwa peresmian pernikahan akan dilaksanakan
tiga bulan setelah beliau pulang berlayar.
Sebelum berangkat berlayar,
Sutan Mambang Matahari berpesan kepada Tuan Muda Selat agar menjaga Putri
Cermin Cina dengan baik, jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Setelah itu, Sutan Mambang Matahari berlayar mencari bekal untuk menikahkan
putrinya.
Pada suatu hari, Tuan Muda
Senaning dan Tuan Muda Selat asik bermain gasing dihalaman istana. Gelak mereka
berderai-derai, makin lama makin asik sehingga orang yang mendengar bisa
tergelak-gelak. Hal itu menggugah hati Putri Cermin Cina yang sedang merenda
diruang tengah untuk melihat, ia menuju kejendela melihat keasikan tunangan dan
kakaknya bermain gasing.
Kehadiran Putri Cermin Cina
terlihat oleh kedua orang itu, sambil melihat keanjungan Tuan Muda Senaning
melepaskan tali gasingnya, gasing itu mengenai gasing Tuan Muda Selat. Gasing
Tuan Muda Selat melayang dan terpelanting tinggi. Tiba-tiba gasing berputar
persis diatas kening Putri Cermin Cina.
Kening Putri Cermin Cinapun berlumuran darah, ia jatuh kelantai dan tidak
sadarkan diri.
Kedua pemuda yang sedang
bermain gasing itu segera berlari keanjungan benarlah, Putri Cermin Cina tidak
sadarkan diri, tidak lama kemudian ia menghembuskan nafas terkahir.
Setelah melihat tunangannya
meninggal, Tuan Muda Senaning putus asa. Ia melihat ada dua buah tombak
bersilang didinding, secepat kilat ditariknya tombak itu. Tombak itu
dilemparkannya kehalaman, pangkal tombak menancap ketanah dan mata tombak
mencuat keatas. Secepat kilat Tuan Muda Senaning melompat kehalaman mengenai
mata tombak yang mencuat itu. Mata tombak menembus perutnya langsung
kebelakang, Tuan Muda Senaning tewas seketika.
Tuan Muda Selat segera
memanggil masyarakat untuk melihat kejadian itu, ia minta agar kedua mayat
orang yang disayanginya itu dikubur segera. Mayat Putri Cermin Cina dimakamkan
ditepi sungai, sedangkan mayat Tuan Muda Senaning dibawa anak buahnya kekapal.
Kapal itu berlayar keseberang dan mayat Tuan Muda Senaning dikubur disana,
tempat itu kemudian diberi nama dusun Senaning.
Tidak lama kemudian, Tuan
Muda Selat memutuskan untuk meninggalkan negeri karena ia takut ayahnya akan
marah. Iapun mengajak orang-orang kampung untuk ikut serta. Ia membelokkan
kapalnya kearah pasang senana. Kemudian, ia menghilang tidak tentu arah.
Orang-orang yang ikut dengannya ditinggalkan disebuh tempat. Tempat itu
akhirnya disebut kampung Selat.
Sesaat kemudian Sutan
Mambang Matahari merapat dengan kapalnya, ia heran melihat kampungnya sepi. Ia
naik ke istana, istana juga lengang. Setelah dayang-dayang yang beraa di istana
menceritakan kejadian sebenarnya, ia mengetahui apa yang telah terjadi.
Sutan Mambang Matahari
merasa sedih, kemudian dengan beberapa pengikut ia berangkat meninggalkan
kampung. Ia pergi keseberang dusun, beliau mendirikan kampung disana. Kampung
itu terletak diantara kubur Tuan Muda Senaning dan kapal Tuan Muda Selat.
Kampong itu diberi nama Dusun Tengah Lubuk Ruso.
TABAH MELENGGANG
Rakyat, raja dan hulubalang
yang selama ini aman tentram dikerajaan Teluk Kualosebo, rupanya digemparkan
oleh bencana tidak terduga sebelumnya. Dengan mendadak raja negeri alam dengan
pasukannya menyerang kerajaan Teluk Kualosebo. Maksud peperangan itu tidak
lain, kecuali akan mempermalukan baginda raja kerajaan Teluk Kualosebo. Gadis
rupawan, kemenakan baginda, yang akan dikawinkan dengan anak bungsunya. Gadis
tersohor kemolekannya itu dirampas oleh raja negeri Bidar Alam dari tanah
pagaruyung.
Karena kesaktian sang raja
kemudian dia berdo’a agar istrinya jadi ikan palo. Ketiga anaknya jadi ikan
tapa. Tiga hari setelah peristiwa itu, pada malamnya ketiga ikan tapa bermimpi
yang sama. Ia bermimpi agar anaknya “Tuntut balas, agar orang-orang yang telah
memberi malu kita dibayar dengan balasan
yang setimpal. Dikatakannya lagi “ambil sepupumu, putri kesumba ampai! Bawa
kenegeri kita, agar dia kawin dengan engkau, kudung!
Ketiga ikan tapa serempak
berangkat menuju kenegeri Bidar Alam dalam wilayah kekuasaan kerajaan
Pagaruyung di Ranah Minang. Namun ditengah perjalanan banyak rintangan yang
mereka jumpai namun berkat do’a dan kegigihan mereka mampu melewatinya. Di air
yang tenang tidak jauh dari tepian istana raja, sebuah menteban terbuat dari
kawat baja telah dipasang orang. Menteban raksasa itu siap pula menerima
tamunya. Kemudian kudung terjebak masuk kedalam menteban.
Tembaga menangis, tidak
tahan hatinya melihat penderitaan adiknya yang tidak suka mengikuti nasehatnya.
Ibunyapun titik air matanya. Tidak menagis keras karena melenggang telah
berdo’a “Jika benar ayah kami seorang raja bertuah, raja keramat, moga-moga
Allah Taala mengabulkan do’aku. Ya Allah banjirkan negeri Bidar Alam sampai
sebatas lantai anjung yang dijadikan tempat Putri Kesuba Ampai. Perkenankanlah
do’a yang teraniaya ini, Amin!”
Belum kering liur Melenggang
mengucapkan do’a begitu, hujan lebat turun. Halilintar dan petir mengingkah
pekik-pekik histeris penduduk ibukota negeri Bidar Alam. Sungguh mengerikan
dalam malam gelap gulita banjir banding telah menenggelamkan ibukota. Mungkin
tidak seorang penduduk yang selamat, kecuali Putri Kesumba Ampai.
Suara gadis cantik jelita
minta tolong terdengar lantang oleh melenggang, tembaga dan ikan palo, ketiga
ikan itu mendekatinya. Begitu mereka melihat Putri Kesumba Ampai dianjung yang hampir
terendam air itu, ketiga ikan itu kembali menjadi manusia.
“Melenggang,” ujar ibunya.
“Bunda dan tembaga menjaga Putri Kesumba Ampai, engkau lepaskan adikmu, buka
menteban yanga da didasar air, dimuka istana”.
“Bagaimana bunda, aku telah
jadi manusia, mana sanggup aku menyelam lama-ama.
Berdo’a! ayo pergilah!”
Berkat do’a yang dikabulkan
oleh Tuhan Yang Maha Esa, mudahlah baginya melepaskan adiknya dari dalam
menteban yang terkunci itu. Kudung yang seger ingin jadi manusia menyuruh
kakaknya naik dipunggungnya. Dibawanya berenang menuju ketempat keberadaan
tunangannya.
Akhirnya, mereka kembali
kekerajaan Teluk Kualosebo untuk membangun kembali kerajaan yang telah
porak-poranda itu.
MITOS AIR HITAM DAN AIR JERNIH
Daerah
air hitam dikabupaten sarolangun terkenal memiliki banyak cerita mitos. Salah
satu mitos yang cukup terkenal adalah asal usul penamaaan desa air hitam dan
desa jernih. Menurut cerita, dahulunya orang – orang suku anak dalam (SAD),
yang lebih dikenal dengan suku kubu, pernah memperdebat tentang air kopi dan
air bening. Menurut sebagian masyarakatnya, jika di timbang maka air kopi ebih
berat dari air bening. Sebagian lagi mengatakan bahwa air bening lebih berat
dari air kopi. Agar tidak ada lagi pertentangan, maka diadakanlah pembuktian
tentang hal tersebut dengan cara menimbangnya.
Penimbangan
tersebut dilakukan oleh datukl Temenggung Merah Mato Di Puncak Bukit Dua Belas
yang disaksikan oleh penghulu- penghulu dan dubalang-dubalang suku kubu yagn
ditimbang pertama kali adalah masing –masing gelas tempat kopi dan air bening
itu akan dituang. Berat kedua gelas ternyata seimbang. Kemudian air kopi dan
air bening tadi dimasukkan kedalam gelas – gelas tersebut ternyata kedua gelas
air itu juga memiliki berat yang sama.
Melihat kejadian itu, Datuk
Temenggung Merah Mato menyatakan bahwa air kopi dan air bening memiliki berat
yang sama. Namun, tidak lama kemudian, tiba-tiba dating angina yang sangat kencang
dan menggoyang timbangan yang dipegang oleh Datuk Temenggung Merah Mato. Gelas
yang berisi air bening terpelanting dan jatuh di desa jernih. Sedangkan gelas
yang berisi air opi terpelanting kea rah bukit Suban yang ada di muara desa air
hitam.
Maka sejak saat itu masyarakat suku
kubu mempercayai bahwa nama desa air hitam dan desa jernih berasal dan air kopi
dan air bening yang ditimbang oleh datuk temenggung merah mato di puncak bukit
dua belas.
PUTI SERUBUT TALI NYAWA
Puti
serubut tali nyawa dan puti selerang
mata ikan bersepupu. Mereka besepupu kedua putri itu tinggal di rumah
tuan muda permai karena orang tua mereka telah meninggal dunia. Mereka diasuh
ibu tuan muda permai. Akan tetapi, ibu tuan muda permai lebih menyayangi puti
selarang mata ikan dari pada puti serubut tali nyawa.
Puti
serubut sering menangis karena ibu tuan muda permai membedakan dirinya dengan
selerang mata ikan. Tuan muda permai pergi belayar dan menitipkan puti serabut
tali nyawa kepada ibunya. Sepeninggalan tuan muda permai, ibu tuan muda permai
berkata kepada puti serabut tali nyawa dan puti selarang mata ikan. Pergi
kehutan untuk mencari kayu.
Ibu
tuan muda permai dan puti selarang mata ikan meninggalkan puti serabut tali
nyawa di dalam hutan. Puti serabut dibuang agar di makan binatang buas. Ibu
tuan nuda permai membunuh kucing kumbang dan dikuburkannya untuk mengatakan
kepada tuan muda permai bahwa puti serabut tali nyawa telah meninggal.
Puti
serubut tali nyawa menangis di tengah hutan dan hari sudah gelap datanglah seekor
burung janganlah menangis. kamu sudah di buang orang ujar burung ikutilah jalan
kearah matahari puti serubut dan ia pun mengikutinya dan puti serubut menemukan
pohon durian yang besar lalu disuruh naik pohon durian tersebut oleh burung puti
serubut melihat tangga ia naik tangga itu sampai dahan keempat didahan itu ada
sebuah rumah yang bagus dan mungil ada diatas pohon durian, putih serabut pun
heran dan memasuki rumah itu, dirumah itu ada peralatan tidur, makan dan
lain-lain.
Tuan
muda permai pulang dari berlayar dan ibu tuan muda mengatakan kalau puti
serubut tali nayawa telah meninggal.
Tuan
muda permai pu menagis tiada henti. Ia menyesali kepergiannya. Perahu yang
berisi barang-barang didorongnya ketengah lautan.
Sejak
itu Tuan Muda Permai sakit keras, burung teman putu serubut mengetahui hal itu
diapun berkata kepada Puti Serubut.
Puti
Serubut memasak nasi kemudian mengepal nasi menjadi tiga kepala. Burung
mengantarkan kepada Tuan Muda Permai, dan mengambil nasi yang dibawa burung itu
lalu Tuan Muda Permai memakannya, Tuan Muda Permai pun sembuh. Tuan Muda Permai
meminta buah durian dan hanya ada satu batang pohon durian yang berbuah dan
batangnya sangat tinggi, tiba-tiba jatuh durian dekat Tuan Muda Permai.
Tuan
Muda Permai mengambil dan menggali kubur yanga da dihalaman rumah ternyata Tuan
Muda Permai menemukan bangkai kucing kumbang.
Ibu
Tuan Muda Permai pun mengatakan kalau Puti Serubut Tali Nyawa telah dibuang ibu
ingin kamu menikah dengan puti selerang mata ikan.
Tuan
Muda Permai menyuruh ibunya mengantarkan ketempat ibunya mendapatkan seulas
durian. Setibanya disana Tuan Muda Permai duduk dibawah pohon durian, ia
menunggu durian jatuh akan tetapi tidak seulas durianpun yang jatuh.
Tuan
Muda Permai pun menyuruh ibunya pulang. Ia akan menunggu durian jatuh sampai
kapanpun.
Burung
menyuruh puti serubut tali nyawa mengulurkan tali, puti serubutpun mengulurkan
tali kebawah, Tuan Muda Permai melihat tali itu. Tanpa piker panjang, ia
memegang tali itu dan naik mengikuti tali.
Alangkah
terkejutnya Tuan Muda Permai melihat bawa didalam rumah mungil itu berdiam puti
serubut. Ia langsung memeluk puti serubut sambil menangis bahagia. Tiada
terkatakan kebahagiaan mereka. Sejak itu, mereka hidup bersama untuk
selama-lamanya.
BUKIT KANCAH
Pada
zaman dahulu kala hidup tiga kakak beradik dinegeri tanjung, ketiga
bersaudara itu yatim piatu. Untuk
melangsungkan hidupnya mereka berusaha sendiri sekuat tenaga untuk mendapatkan
makanan dan minuman, orang lain tidak ada yang memperdulikannya.
Si sulung, si tengah maupun
si bungsu, mereka seia sekata, bahkan tidak ada cekcok.
“Bang”, kata anak perempuan
berusia 7 tahun kepada kedua kakaknya. “Orang-orang negri Tanjung ini bukan
saja tidak memperdulikan kita, mereka bahkan membenci kita.”
“Biarlah bungsu!”, jawab
kakak sulungnya “Allah Taala tidak buta dik! Orang-orang negri ini tidak
mempedulikan kita, mungkin orang lain akan menghiraukan kita.”
“Benar kata sulung, bungsu!” sambung si tengah. “Bagi
kita perlu seia sekata. Entah kelak ada makhluk lain yang akan membela kita, di
dunia ini bukan hanya negri Tanjung, bungsu!”
Benarlah yang terjadi,
mahluk siluman sejenis mahluk yang tidak
tampak wujudnya itu membesarkan dan mendidik mereka, karena cukup lama bergaul
dengan mahluk halus itu, ketiga anak manusia itu mampu pula berbuat sebagaimana
yang dilakukan siluman, baik yang membuat dirinya tidak dapat dilihat orang.
Negri Tanjung aman tentram
selama ini, rupanya diganggu oleh orang-orang serakah. Ada pihak luar yang iri atas kemakmuran
masyarakat Negri Tanjung. Kedaulatan dan kemerdekaan rakyat negri
Tanjung akan dilenyapkan dengan kekuatan senjata. Segenap potensi rakyat
dikerahkan untuk membela negri.
Rapat para pemuka masyarakat
termasuk para hulubalang diadakan. Dalam rapat ini berkata salah seorang hulubalang.
“Saya setuju menghimpun kekuatan dengan membuat benteng pertahanan serta
mengerahkan para pemuda pria dan wanita untuk memanggul senjata. Namun begitu,
apakah tidak baik kita panggil ketiga anak yang selama ini dilupakan oleh kita
semua?”
“Maksud dubalang, siapa
mereka?”
“Itu, si ketiga anak yatim
piatu yang mampu berperan sebagai siluman. Saya pernah berpapasan dengan mereka
pada suatu hari. Ketika si bungsu mendekati pohon jambu air di depan rumah
saya, saya menegurnya dengan keras: “Hai kamu, mau apa?” seketika itu mereka
tidak tampak wujudnya, hanya suara si sulng kudengar.
“Salahmu, bungsu! Tidak
boleh mengambil miliki orang tanpa seizing yang punya.”
“Tunggu sebentar”, ujar
datuk penghulu. “Jika benar mereka bisa menghilang, akan kita manfaatkan untuk
apa kelebihan mereka itu?”
Salah seorang ulama menyela:
“ketiga anak itu benar telah memiliki ilmu siluman. Barangkali jika mereka
dipersenjatai, mereka gampang masuk ketengah-tengah pasukan musuh. Dengan mudah
pula mereka ….., ya…., pokoknya asal mereka diberi wewenang untuk mengusir
musuh Negri Tanjung ini”.
Karena ketiga anak itu telah
paham betul bahwa negrinya terancam nusuh dari luar telah mengepung, maka tugas
diberikan kepada mereka diterima dengan rasa percaya diri.
“Kita terima tengah, bungsu!
Kita tidak memerangi orang baik-baik tapi bagi orang yang jahat, apalagi bagi
orang-orang akan merampas kedaulatan dan kemerdekaan negri, merupakan perang
sabil bagi kita.”
“Betul katamu bang, tapi
bagaimana si bungsu?”.
Setelah cukup lama anak
lelaki itu bertukar pikiran, akhirnya diputuskan untuk menyembunyikan si bungsu
dibawah sebuah kancah. Kancah yakni kuali berukuran besar mereka pinta dari
datuk penhulu. Tanpa bertanya kegunaannya, dengan rela datuk penghulu
memberikan sebuah kancah.
“Dik, duduklah dengan
tenang! Kami akan menyungkupkan guna melindungi dirimu dari mara bahaya. Kami
akan membuat engkau tertidur nyenyak dibawah kancah. Tidak seorangpun akan
melihatmu setelah kami menang, dalam menghadapi musuh, engkau akan kami
bebaskan dari sungkupan kancah ini”.
“Baiklah bang, jangan
lam-lama meninggalkan aku.”
Musuh akhirnya dapat mereka
usir, para lascar dengan gagah berani maju kemedan laga, dan kedua anak berilmu
siluman itu amat sukses dalam mengobrak-abrik garis pertahanan musuh, sehingga musuh
mundur dengan meninggalkan korban tidak sedikit. Kini Negri Tanjung
berangsur-angsur kembali normal. Rakyat leluasa melakukan pekerjaan mereka
masing-masing, si sulung diberi anugrah jabatan penting yakni panglima lascar
Negri Tanjung adiknya si tengah sebagai komandan pasukan pengawal Datuk
Penghulu. Kakak beradik itu makin dikenal dimata rakyat, kemegahan yang dibayar
dengan mahal itu tidak bertahan lama. Sekelompok hulubalang yang merasa iri
karena si sulung diberi jabatan sebagai pemimpin mereka, mudah sekali kena
hasut musuh, mereka dengan dibantu musuh berkomplot untuk mengadakan
pemberontakan.
“Bagaimana tindakan kita?”
Tanya Datuk penghulu kepada si sulung dan si tengah setelah diperintahkan
menghadapinya.
“Tampaknya pemberontakan
tidak laam lagi akan pecah rakyat negri ini tidak lagi tentram, nelayan, bahkan
sampai kepada para pembantu utama kita”.
“Apa tuntutan mereka, datuk
penghulu?” Tanya si tengah.
“kalian berdua dipecat.
Selain itu mereka meminta supaya aku mengirim upeti kepada musuh kerajaan entah
setiap tahun berupa emas dan perak, keterlaluan!”.
“Jika mereka menghendaki
kami dipecat, ku kira dapat datuk kabulkan. Tapi, jika setiap tahun membayar
tanda takluk berupa upeti apapun barangnya, kukira penghinaan. Sama saja dengan
dijajah tuk.”
“Kedua-dua aku tidak
setuju!”
“berarti tuk, senjata dan
kemampuan kita akan berbicara saya dan setengah akan menyiapkan pasukan dari
rakyat negri ini.”
Kedua orang yang ditugasi
itu mulai menggalang kekuasaan. Masih cukup banyak rakyat yang setia kepada
Negri Tanjung. Dengan kekuatan itu, untuk menumpas pemberontakan yang telah
menguasai separo negri. Cukup banyak korban yang berjatuhan dari kedua belah
pihak. Si sulung sendiri tewas di medan
laga, si sulung yang tidak sepenuhnya dilindungi kemampuannya menghilangkan
wujud diri itu telah gugur sebagai kusuma negri. Sekalipun pemberontakan telah
ditumpas hanya dalam tempo 3 hari tiga malam, ternyata harganya cukup mahal
bagi Negri Tanjung.
Negri Tanjung dan rakyatnya
bukan memeriahkan kemenangan, tetapi berkabung selama 7 hari dengan memasang
bendera setengah tiang. Sebagai penghormatan kepada jenazah panglima lascar
Negri Tanjung yang gagah berani itu.
Sebagai penghargaan jabatan
penting itu dipercayakan oleh datuk penghulu kepada si tengah. Jabatan si tengah
semula di embank oleh dubalang merah mato, seorang hulubalang yang setia kepada
negri.
Kesetiaan si tengah mendapat
pujian dari datuk penghulu, rupanya bukan jabatan itu saja sebagai imbalan
jasanya, juga anak perawannya yang cantik jelita itu diserahkan pula. Jadilah
si tengah menantu datuk penghulu.
Tiga bulan kemudian, si
tengah berkata kepada istrinya, “Dinda, aku bersenang-senang di istana tetapi
dinda, seorang yang hampir sebaya denganmu hampir terlupakan.”
“Apa maksudmu?”
“adik kandungku, dinda! Sekitar
tujuh tahun silam dia kami sembunyikan dibawah sebuah kancah diujung negri
kita. Apakah dia masih hidup, entah bagaimana” aku ingin ketempatnya, dinda!
Akan kukatakan kepada datuk penghulu bahwa aku meminta izin barang seminggu.
“O ya, aku mengerti kanda,”
sambung istrinya.
“Aku sendiri saja kanda,
sebab orang berbadan dua seperti keadaanmu sekarang tidak boleh berjalan jauh.”
Bergitu sampai ditempat
kancah yang telah disemaki oleh rerumputan dan tanaman liar itu, berteriak si
tengah “Bungsu, bungsu! Kakakmu, si tengah telah dating! Engkau dengan
teriakanku?”.
“Aku mendengar suaramu,
bang! Bebaskanlah aku dari kancah yang menyungkupi diriku. Jadikanlah aku
sebagai manusia biasa.”
“Berdo’a dik bungsu! Aku
sekarang akan mencoba, sekalipun aku ragu atas kemampuanku. Aku akan
menggunakan aji siluman”.
“Ya, aku berdoa! Cepatlah
bang! Tidak tahan lagi bertahun-tahun aku dibawah kancah.”
Isak tangis si tengah tidak
reda-reda. Dia berusaha sekuat tenga dan kemampuannya, tetapi gagal membebaskan
adik kandungnya itu. Maklum, yang memberikan ajian ketika si bungsu disungkup
adalah si sulung. Si sulung sudah tiada. Berarti pupuslah harapan untuk bertmu
muka dengan si bungsu.
Kini dia kembali ke istana
dengan langkah lunglai. Istrinya menangis setelah mengetahui kejadian yang baru
diceritakan suaminya.
Pada malam harinya,
disaat-saat fajar sidik mulai muncul diufuk timur, si tengah bermimpi adiknya
tampak kurus bagaikan tengkorak hidup. Namun begitu, adiknya mampu tersenyum
beberapa saat setelah itu langsung berpelukan. Seakan-akan adik-kakak tidak mau
lagi berpisah dengan suara parau si bungsu berkata, “abang akan membebaskan
daku, sekalipun si sulung telah tiada”.
“Entahlah, bungsu! Ilmu
siluman untuk membebaskan kamu hanya abang sulung yang tahu.”
“Dengarkan, bang tengah!
Abang pinta bantuan orang lain. Jika akan abang kerjakan sendiri bisa juga
tetapi cukup berat mengerjakannya”.
“Jelaskan kepadaku, dik
bungsu! Akan abang laksanakan, karena masih banyak orang Negri Tanjung yang
baik budi”.
“Pertama bang, baca dengan
betul AL Qur’an hingga tamat dari awal hingga akhir 30 kali dalam semalam.
Kedua, sembelih tiga ekor kerbau putih dagingnya berikan kepada orang-orang di
Negri Tanjung. Setelah itu, pintalah orang-orang membantumu dengan do’a, Insya
Allah abang akan dapat melihatku, karean aku bebas dari sungkupan kancah.
Mimpi itu disampaikan oleh
si tengah kepada istrinya dan kepada mertuanya. Alangkah gembira hati istrinya
mendengar mimpi itu, karena besar kemungkinan tidak lama lagi dia akan dapat
bersua dengan iparnya. Tapi kegembiraan itu segera pupus, karena ayahnya
berkata, “Untuk membaca Al Qur’an secara betul sebanyak 30 kali dalam satu
malam tidak sukar. Kita kumpulkan 30 orang para qori dan qoriah negri kita.
Tapi, untuk mendapatkan 3 ekor kerbau putih akam memakan waktu lama.
Ya …., kita usahakan juga!”
Ternyata setelah empat
purnama berlalu, tidak seorangpun menemukan kerbau putih seekorpun. Apalagi
untuk mendapatkan sebanyak tiga ekor. Akhirnya si tengah, istrinya dan segala
orang-orang yang prihatin atas kejadian, semuanya menyerah kepada nasib, hanya
do’a yang mengiringi mereka, agar si bungsu diterima disisi Allah Taala pada
tempat yang baik.
Kancah penyungkup si bungsu
lama-kelamaan berubah wujud menjadi bukit. Dari wujud besi menjadi wujud tanah
berbatu-batu. Itulah yang sekarang dinamakan bukit kancah.
PUTRI SEDORO PUTIH
Cerita ini berasal dari suku hilir
madras. Dahulu di sebuah desa terpencil hidup tujuh orang bersaudara. Nasip
mereka sungguh malang ,
mereka sudah menjadi yatim piatu semenjak sibungsu lahir tujuh saudara itu terdiri dari enam orang
laki-laki dan seorang perempuan. Sibungsu itulah yang perempuan, namanya putri
sedoro putih.
Tujuh orang bersaudara itu hiadup
sebagai petani dengan menggarap sebidang tanah
ditepi hutan. Si bungsu sangat disayang ke enem saudaranya. Mereka
selalu memberikan pelindung bagi keselamatan si bungsu dari segala macam mara
bahaya.
Sengaja kebutuhan si bungsu mereka
usahakan terpenuhi dengan usaha sekuat tenaga pada suatu malam, ketika putri
sedoro putih tidur, ia bermimpi aneh ia didatangi seorang laki-laki tua
“ putrid sedoro putih, kau ini
sesungguhnya nenek dari keenam saudaramu itu. Ajalmu sudah dekat karena itu
bersiaplah engkau menghadapinya.”
“ saya segera mati ?” Tanya putrid
sedoro putih dengan penuh penasaran. “Benar . dan dari pusara kuburmu nanti
akan tumbuh sebatang pohon yang belum pernah ada pada masa ini. Pohon itu akan
banyak memberi mamfaat bagi umat manusia.
Setelah memberi pesan demikian
lelaki tua itu lanyap begitu saja, sementara putrid sedoro putih langsung
terbangun dari tidurnya. Ia duduk termangu memikirkan arti mimpinya.
Putri sedoro putih sangat terkesan
akan mimpi itu sehingga setiap hari ia selalu terbayang akan kematiannya. Makan
dan minum terlupa olehnya hal ini mengakibatan tubuhnya menjadi kurus dan
pucat.
Saudara sulung sebagai pengganti
orang tua nya sangat memperhatikan putri sedoro putih. Ia menanyakan apa sebab
adiknya sampai bersedih hati seperti itu. Apakah ada penyakit yang diidapnya
sehingga perlu segera di obat ? jangan terlambat di obati sebab akibatnya
menjadi parah.
Dengan menangis tersedu-sedu putri
sedoro putih manceritakan semua mimpi yang dialaminya beberapa waktu yang lalu.
Kata putri sedoro putih , “kalau certa dalam mimpi itu benar, bahwa dari
tubuhku akan tumbuh pohon yang mendatangkan kebahagiaan orang banyak, aku rela
berkorban untuk itu. “
“Tidak, adikku jangan secepat itu
kau tinggalkan kami. Kita akan hidup bersama, sampai kita memperoleh keturunan
masing-masing sebagai penyambung generasi kita. Lupakanlah mimpi itu. Bukankah
mimpi itu hiasan tidur bagi semua orang ?” kata si sulung menghibur adiknya.
Hari-hari berlalu tanpa terasa.
Mimpi itu pun telah dilupakan putri sedoro putih. Ia telah kembali seperti
semula, seorang gadis periang, yang senang bekerja dihuma. Hasil panenpun telah
di himpun sebagai bekal mereka selama semusin.
Pada suatu malam, tanpa menderita
sakit terlebih dahulu putri sedoro putih meninggal dunia. Ke esokan harinya,
keenam saudaranya menjadi gempar dan meratapi adik kesayangannya itu. Mereka
menguburkannya tidak jauh dari kediaman mereka.
Seperti telah di ceritakan oleh
putri sedoro putih, di tenggah pusarannya tumbuh sebatang pohon asing. Mereka
belum pernah melihat pohon seperti itu. Pohon itu mereka pelihara dengan penuh
kasih sayang seperti serawat putri sedoro putih. Pohon itu mereka beri nama
sedoro putih.
Disamping pohon itu, tumbuh pula
pohon kayu kapung yang sama tinggi dengan pohon sedoro putih. Pohon itu pun di
pelihara sebagai pohon pelindung. Lima
tahun kemudian, pohon sedoro putih mulai berbunga dan berbuah. Jika angina
berhembus, dan kayu kapung selalu memukul tangkai buah sedoro putih sehingga
menjadi memar dan terjadilah peregangan sel-sel yang mepermudah air pohon
sedoro putih mengalir kearah buah.
Pada saat hari, seorang saudara
putri sedoro putih berziarah kekubur itu ia beristirahat leleh sambil memperhatikan pohon kapung
selalu memukul tangkai buah pohon sedoro putih ketika angin semilir berembus.
Pada saat itu, dating seekor tupai
menghampiri buah pohon sedoro putih dan mengigitnya sampai buah itu terlepas
dari tangkainya. Dari tangkai buah yang terlepas, keluarlah cairan kuning
jernih. Air itu di jilat tupai sepuas-puasnya. Kejadian itu diperhatikan
saudara putri sedoro putih sampai tupai
tadi pergi meninggalkan tempat itu.
Saudara putri sedoro putih mendekati
pohon itu. Cairan yang menetes dari tangkai buah ditampungnya dengan telapak
tanggan lalu di jilat untuk mengetahui rasa
air tangkai buah itu. Ternyata, air itu terasa sangat manis. Dengan muka
berseri, ia pulang menemui saudara-saudaranya.
Semua peristiwa yang disaksikannya,
diceritakan kepada saudar-saudaranya untuk dipelajari.cerita itu sungguh
menarik perhatian mereka. Lalu, mereka pun sepakat untuk menyadap air tangkai
buah pohon sedoro putih.
Tangkai buah pohon itu dipotong dan
air yang keluar dari bekas potongan di tampung dengan tabung dari seruas bamboo
yang disebut tikoa. Setelah satu malam, tikoa itu hamper penuh, perolehan
pertama itu mereka nikmati bersama.
Perolehan mereka semakin hari
semakin banyak karena beberapa tangkai buah yang tumbuh dari pohon sedoro putih
sudah mendatangkan hasil. Akan tetapi timbul suatu masalah bagi mereka karena
air sadapan itu akan masam jika disimpan terlalu lama. Lalu, mereka sepakat
untuk membuat suatu percobaan dengan memesak air sadapan itu sampai kental. Air
yang mengental itu didinginkan sampai keras membeku dan berwarna coklat
kekunungan.
Sejak peristiwa itu pohon sedoro
puth di sebut pohon enau atau aren air yang keluar dari tangkai buah dinamakan
hira, sedang air hira yang dimasak mengental dan membeku dinamakan gula merah,
gula merah ini yang sangat bermamfaat bagi manusia baik sebagai bahan masak
makanan dan minuma ataupun bahan sebagai bahan pemanis jamu tradisional.
BUJANG SELAMAT
Raja mempunyai seorang anak yang
bodoh tetapi patuh. Anak tersebut yang bernama baidawi yang sering di panggil
pangeran muda. Kerajaan ini disebut kerajaan merlung raya. Kerajaan merlung
rayua sangat bersahabat dengan kerajaan pelabuhan dagang. Namun kerajaan
pelabuhan dagang telah tersohor akibat ulah putri rembulan yaitu anak tunggal
raja batuah. Sudah penuh rumah tahanan oleh pemuda yang mengadu untung untuk
menebak teka- teki sang putri rembulan. Yang akan mempersuntingnya.
Kini tibalah sangatnya pangeran muda yang akan
menjawab teka-teki putri rembulan. Maka pada suatu malam dipanggilah seorang
budak sebagai pengembala kambing yang tinggal di rumahnya, budak tersebut
bernama bujang selamat oleh pengeran muda. Malam itu bujang selamat berbicara
empat mata bersama pangeran muda. Yaitu oleh pangeran muda. Bujang selamat
diminta untuk menyamar sebagai dirinya (pangeran muda) karena besok pagi
giliran pangeran muda yang akan menebak teka-teki putri rembulan. Akhirnya
bujang selamat setuju menyamar sebagai pangeran muda dan pangeran muda menyamar
sebagai bujang selamat. Pada suatu malam mereka berlatih untuk melaksanakan
peran masing-masing.
Matahari muncul diupuk timur, bujang
selamat tiruan dan pangeran muda tiruan berangkat menuju alun-alun kerajaan
pelabuhan dagang. Putri rembulan telah duduk di alun-alun untuk siap memberi
teka-teki isarat kepada pangeran muda samaran itu yang tak seorang pun yang
tahu. Putri mulai menyampaikan teka-tekinya kepada pangeran muda yang di
saksikan oleh halayak ramai. Teka-teki yang pertama yaitu putri mengacungkan
jarinya diatas kepala seakan–akan membentuk lingkaran. Kemudian dijawab oleh
pangeran muda dengan isyarat tangganya dijulurkan kedepan dengan telapak
tangannya tebuka. Orang-orang tahu isyarat tersebut mengatakan tidak, teka-teki
yang kedua yaitu putri mengacungkan dua jari kanannya keatas, kemudian dijawab
oleh pangeran muda dengan bahasa isyarat seperti yang dilakukannya tadi dan
teka-teki terakhir yaitu putri mengacungkan telunjuk tangan kanannya keatas,
tampak pangeran muda dengan mengangguk-anggukkan kepalanya berulang kali. Semua
teka-teki putri rembulan telah dijawab betul oleh pangeran muda, semua orang
yang hadir saat itu menjadi sorak-sorai
dan disertai tepuk tangan.
Akhirnya pangeran muda dinikahkan
dengan putri renbulan, pesta pernikahan tersebut berlangsung selama tujuh hari
tujuh malam. Setahun kemudian pangeran muda dididik dan diajari oleh sekelompok
guru, dinobatkanlah beliau jadi raja kerajaan pelabuhan dagang.
Rupanya raja muda itu tidak sanggup
menyimpan rahasia maka pangeran menceritakan semua yang telah menjadi
permaisurinya. Bahwa semua itu adalah kebohongan, pangeran muda yang sebenarnya
adalah bujang selamat dan sedangkan bujang selamat adalah pangeran muda.
Tetapi permaisuri berhati mulia,mau
menerima bujang selamat yang sebenarnya itu menjadi pangerannya, akhirnya
pangeran muda yang sebenarnya dipanggil oleh raja dan permaisurinya untuk
dijamu makan malam bersama, saat itu juga pangeran dan permaisuri mengucapkan
banyak terima kasih,karena pangeran mudalah raja dan permaisuri bias bersatu
dan bersama.
CINCIN CINTA-CINTA
Tersebut dalam cerita rakyat
Jambi bahwa pada masa lalu wilayah Sepucuk Jambi Sembilan Lurah belum ada
rajanya. Ada
beberapa (wilayah) di Sepucuk Jambi Sembilan Lurah yang mempunyai kebebasan sendiri-sendiri dalam mengatur pemerintahan
masing-masing yaitu : Tujuh Koto, Sembilan Koto, Petajin, Muarasebo, dan Batin
Duo Belas.
Di negeri Tujuh Koto
dipimpin oleh ketujuh hulubalangnya, Sembilan Koto dimpimpin oleh kesembilannya
pula. Petajin begitu pula Muarosebo dan Batin Duabelas masing-masing dipimpin
oleh beberapa hulubalang. Hulubalang-hulubalang pada setiap negeri itu
merupakan tim dalam menjalankan pemerintahan.
Di dusun Mukomuko dalam
wilayah Batin Duo Belas, terdapat sebuah istana dikaki bukit siguntang. Istana
itu pelambang adanya raja bagi negeri-negeri tersebut, dengan istana itu pula
Batin Duo Belas dianggap sebagai pusat pemerintahan. Oleh karena itu, sering
para hulubalang negeri tersebut mengadakan musyawarah didusun muko-muko yang
tersuruk dipedalaman Sepucuk Jambi Sembilan Lurah.
Pada salah satu musyawarah
mereka dimuko-muko itu mereka bersepakat untuk memilih seorang raja dari para
hulubalang yang ada di Sepucuk Jambi Sembilan Lurah. Pemilihan didasarkan
pengujian yang persyaratan telah mereka tetapkan. “supaya pengujian berjalan lancar”.
Ujar salah seorang hulubalang dari negeri batin duobelas, “kita umumkan segenap
lapisan masyarakat bahwa pemilihan seorang raja akan terbuka bagi siapa saja.”
Ya, jawab dulu baling dari
Petajin. Umumkan pula bahwa seorang calon yang lebih lulus ujian berhak
dinobatkan menjadi raja Sepucuk Jambi Sembilan Lurah. Untuk menentukan calon
yang lebih dulu diberi kesempatan diuji perlu dilakukan undian. Baiklah sambung
dubalang tertua dari dulubalang negeri batin duobelas. Daftarkanlah!
Ujian itu berat sekali,
sebab untuk diangkat jadi raja bukan sembarang orang. Selain berilmu
pengetahuan perlu pula memiliki akhlak terpuji, arif bijaksana dan memiliki
kesehatan dan kekuatan fisik yang hebat. Ujian itu adalah melalui serangkaian
tahapan. Pertama : calon yang diuji itu baker dengan bara api, lulus tahapan
pertama direndam dalam sungai selama 3 hari 3 malam. Lulus tahapan kedua, si
calon raja dijadikan peluru meriam raksasa untuk ditembakkan ke batu besar.
Bila lulus ujian tahap ketiga itu, diuji lagi digiling dengan kilang besi.
Masing-masing dulubalang
telah menempuh ujian, ada yang lulus tahap pertama saja, ada yang bisa
menjalani ujian sampai tahap ketiga. Tidak seorangpun berani digiling dengan
kilang besi. Karena gagal memilih orang yang lulus dalam ujian itu, mereka
menetapkan mencari calon raja dari negeri lain. Boleh dari kerajaan-kerajaan di
nusantara dan boleh pula dari manca Negara. Tim pencari calon raja dibentuk.
Tim tersebut itu yang akan mencari calon raja melalangbuana dari satu Negara
kenegara yang lain.
Semua kerajaan dinusantara
telah mereka jalani, beberapa Negara mancanegara telah pula didatangi. Rupanya
ada seseorang dulubalang dari kerajaan keeling ditanah India yang yang tersedia diuji.
Pemuda gagah yang berbadan kekar itu dibawa kemuko–muko. dia diuji dihadapan
Khalayak ramai. hidup, hidup raja jambi teriak khalayak ramai, mereka kagum
menyaksikan kehebatan dan ketangguhan pemuda asal kerajaan kelig itu. Setiap
tahapan ajaran dilaluinya dangan sukses, ketika menempuh ujian tahapan trakhir yang
mengerikan itu, ketika kedua kakinya dimasukan kekilang, mesin dijalankan,
spontan mesin mati karma kedia besi bulat sebesar drum patah.
Besi penggilingan dua buah yang bulat besar segera diganti,
setelah kilang dapat dijlankan lagi, kedua tangan pemuda itu yang digiling,
kedua besi bulat pajang besar drum itu berderak–derak kemudian berhenti
berputar , karena mesin kilang langsung mati . pemuda jemputan dari kerajaan
keling, India
itu, dielu-elukan khalayak. Terdengar sorak –sorai mereka, semua yang hadir
menyksikan ujian itu merasa gembira karna ada seorang raja yang akan memimpin
kerajaan Jambi itu memerintahkan sekelompok rakyat membuat sebuah luka besar
yang dinamai lukah buntang banyawo. Lukah butang banyawo disuruh baginda pasang
di puncak bukit si guntang. sekalipun rakyat keheran-heranan karena brasanya
lukah dipasang disungai, di danau, mereka ikuti juga perintah baginda. Dubalang
nan tujuh, dubalang batin Duobelas, bergilir setiap pagi dan sore hari melihat lukah bunting benyong
itu kalau-kalau mengena.
“APa akan ada ikan kena
lukah dipuncak bukit ini? Kata dubalang dari Petajin yang melihat lukah bunting
benyawo.
Pada suatu pagi, jika ada,
mungkin ikan jadi-jadian merinding bulu tungkuknyo dibuat ucapannya sendiri.
Pada esoknya tiba giliran
salah seorang dubalang dari batin dua belas yang bertugas melihat lukah bunting
bernyawo kena atau tidak mangsanya. Begitu dilihat lukah itu mengena tanpa ditelitinya
kena ikan atau bukan, cepat ia melapor kepadabaginda raja Jambi. Kena baginda!
Bagus, suruh semua dubalang mengasah pedang setelah itu engkau dan beberapa
temanmu pergi ke puncak bukit si guntang bawa lukah dan tangkapannya ke istana.
Keempat dubalang pilihan,
mereka dengan perasaan bimbang dan cemas memikul lukah bunting bernyawo yang
berisi seekor makhluk aneh dan mirip manusia, tubuhnya kecil sebesar dan tinggi
anak berusia 6 tahun dia berdiri dan berjalan seperti manusia dan hanya bedanya
tumit didepan jari kaki kearah belakang.
Ini hantu pirau” kata
dubalang dari Petajin. Ya hantu pirau, pintar ngomong ya? Balas dubalang nan
tujuh koto, engkau manusia juga?
Bukan! Aku bangsa hantu
pirau, hantu pirau yang sebangsa dengan uhang pondok yang pernah dijumpai orang
ditaman kerinci seblat itu. Fasih berbicara dalam segala bahasa! Jika
berhadapan dengan orang Cia dia berbahasa Cina, bila berhadapan dengan orang
keeling dia berbahasa Keling. Dihadapan baginda raja Jambi dia berbahasa
Keling, baginda tercengang mendengar cakapnya setelah lukah diletakkan
dihadapan raja dihalaman istana didusun muko-muko itu. Baginda raja Jambi asal
bangsa Keling! Mengapa engkau menangkapku? Beta ingin mengenalmu, setelah kenal
baru beta meminta bantuanmu. “Bantuan? Tetapi pedang-pedang para dubalang
setelah diasah sampai tajam untuk apa? Pirau ingat jika engkau gagal membantu
beta maka pedang tajam akan ditetakan oleh para dubalang kearahmu.
Oh, kejam juga baginda
rupanya, apakah begitu tindakan raja. Tentu!
Katakana apa yang baginda
inginkan! Jika bisa akan kuberikan
“Beta meminta darimu cincin
cinta-cinta? Ya cincin cinta-cinta. Setelah engkau berikn baru engkau beta
bebaskan. cincin cinta-cinta diletakkan oleh hantu pirau dijari manis beginda
raja Jambi dan para dubalang diperntahkan membuka lukah dengan begitu secepat
kilat mahluk itu menghilang dari penglihatan orang banyak. Menyaksikan
peristiwa itu. Tunggu sebentar! Titah baginda raja Jambi setelah melihat
kerumunan orang banyak akan bersebaran ketempat pemukiman masing-masing.
“Beta esok pagi-pagi akan
kembali kenegeri keeling semenanjung India pemerintahan kerajaan kita
beta percayakan para dubalang Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, sebagai ketua, beta
tunjuk dubalang setia dari batin duabelas.
PUTRI RENO PINANG MASAK
Sekarang dibelakang Dusun Pasir Mayang, dahulu ada sbuha kerajaan bernama
Limbungan, kerajaan itu dikuasai oleh seorang Ratu Putri Reno Pinang Masak.
Putri terkenal cantik dan elok rupawan, tak heran raja dan putra raja berniat
untuk menikahinya tetapi ditampik oleh Putri Reno Pinang Masak.
Putri Reno Pinang Masak dikenal juga berbudi luhur, arif bijaksana dalam
menjalankan pemerintahannya dan juga dibantu oleh tiga orang hulubalang yang
dipercayainya. Hulubalang itu bernama Datuk Raja Penghulu, Datuk Khatib dan
Datuk Mangun.
Kelokan putrid juga akhirnya sampai ketelinga Raja Jawa, kelamaan Raja
Jawa mengirim utusan untuk Putri Reno Pinang Masak tetapi lamaran itu ditolak oleh Putri Reno
Pinang Masak, Raja Jawa tersinggung dan mengeluar ancaman akan mengambil putri
dengan cara kekerasan. Kendati diancam putri tidak merasa takut, dengan
memanggil ketiga hulubalang dan bermusyawarah bagaimana cara menghadapi ancaman
Raja Jawa itu. Akhirnya disepakati bersama, negeri diberi parit dipagari pula
dengan bamboo dan dengan dahan dan rantingnya ditanam berlapis-lapis agar
tentara Jawa tidak bisa masuk.
Melihat tentaranya gagal, raja memanggi hulubalang dan prajuritnya mereka
mencari akal tipu mukjizat, dikumpullah semua Uang Ringgit logam, uang tersebut
dijadikan peluru, yang ditembak kesetiap rumpun bambu yang berlapis tadi,
kemudian Raja Jawa kembali.
Tanpa sengaja penduduk negeri Limbungan melihat beronggok-onggok ringgit logam disepanjang edaran pagaran
bambu, dan segera melapor kebaginda Putri Reno Pinang Masa, dengan penuh
keheranan baginda ratu mengajak hulubalang untuk melihat, benar saja dengan
keputusan mereka untuk mengambil ringgit logam, untuk memudahkan
pengambilannya, pohon-pohon bambu ditebang dan uang ringgit logam dibawa
keistana, karena benteng pertahanan tidak ada lagi, dengan mudah tentara negeri
Jaw a masuk. Akibat rakyat Limbungan tidak dapat menahan serangan itu, barulah
Putri Reno Pinang Masak sadar atas kesalahannya dengan sangat menyesal
diam-diam Putri Reno Pinang Masak meninggalkan negeri tercintanya. Dengan Putri
Reno Pinang Masak akhirnya tahu juga rakyatnya. Maka berusaha rakyat mencari
namun tak kunjung ditemukan.
Ketiga hulubalang mufakat mencari ratunya, masuk huta keluar hutan,
bertemu dengan seorang tak jemu bertanya.
Di Desa Tenaku, seorang petani mau istirahat kepondoknya, menjelang
sampai kepondoknya, ia terkejut diudara yang cerah terlihat melayang-layang
sepotong upih pinang kemudian jatuh tidak jauh dari dekatnya dengan sangat
terkejut dilihatnya tubuh wanita yang tidak bernyawa, dengan memberi tahu
kependuduk lain tidak ada yang mengenal maka dipanggillah seorang dukun, waktu
yang singkat dengan mengeluarkan ucapan, jenazah yang kita temukan adalah Putri
Reno Pinang Masak, diambillah sebuah keputusan untuk memakamkan putri tersebut.
Lama kelamaan ketiga hulubalang Putri Reno Pinang Masak sampai ketempat
pemakaman putri, setelah diketahui bahwa
itu benar-benar ratu mereka, mereka langsung pingsan dan meninggal sekalian
dimakamkan disamping makam Putri Reno Pinang Masak, sampai sekarang masih ada
dan dikeramatkan orang pula.
Tuturan cerita rakyat Putri Reno Pinang Masak ini telah diangkat kedalam
sebuah buku yang berjudul “Mengenal adat Jambi dalam presfektif Modern” yang
disusun oleh H. Kemas Arsyad Somad, SH, MM.
ORANG KAYO HITAM
Orang kayo hitam adalah orang yang terkenal di Jambi , ia
memerintah dengan adil dan bijaksana. Pada waktu itu Jambi harus membayar upeti
kepada Raja Mataram. Akan tetapi ia menghentikan pengiriman upeti. Raja Mataram
marah, mereka bermaksud menyerang Jambi, beliau mempersiapkan pasukan khusus
yang dilatih oleh sembilan Hulubalang, beliau juga menyuruh pandai besi untuk
membuat sebuah keris sakti denan sembilan tempaan dan harus selesai sembilan
kali hari jum’at. Keris itu khusus untuk membunuh orang kayo hitam, karena ia
tidak mudah dibunuh.
Orang kayo hitam mengetahui rencana orang Mataram ia membulatkan tekad
pergi kekerajaan Mataram bersama adiknya, Orang Kayo Pingai, sambil membawa
perkakasa perang tombak bermata tiga.
Ketika orang kayo hitamsampai dipelabuhan kerajaam Mataram, ia langsung
mendapat serangan dari darat, iapun langsung mengubah dirinya menjadi anak
kecil kudisan, anak kecil kudisan itu berbau busuk sehingga para hulubalang
tidak berhasil menangkapnya.
Pada hari jum’at Raja Mataram pergi ke Empu pandai besi yang tinggal di
gua Empu itu sedang membuat keris sakti, setelah baginda raja pergi, anak kecil
kudisan muncul didepan empu pandai besi.
“Hai, mengapa engkau ada disini? Tanya Empu,” anak siapa engkau? Hamba
hanya ingin bertanya, mengapa Empu ada disini? Tanya anak kecil kudisan itu.
Empu pandai besi itu menyatakan bahwa ia sedang membuat keris, keris itu
diramu disembilan desa, ditempa dengan sembilan tempaan, dan harus selesai
selama sembilan kali hari Jum’at kesembilan. Pada hari Jum’at yang telah
dijanjikan itu anak kecil kudisan itu akan datang lagi menemui Empu pandai
besi, dengan bujuk rayu yang halus, Empu terpaksa memperlihatkan keris itu
kepada anak kecil kudisan. Anak kecil itu bertanya “Berapa upah yang Empu
terima dari raja?. Pada mulanya, Empu tidak mau mengatakan upah yang diterima,
akan tetapi setelah didesak, Empupun menyebutkan berapa upah yang diterima dari
raja.
Kemudian anak kecil kudisan menawarkan upah lebih kepada Empu, akhirnya
Empu tertarik dengan upah itu, tetapi dengan syarat ia harus dilindungi, keris
itupun jatuh ketangan anak itu.
Setelah itu anak kecil kudisan itu memberanikan diri untuk kedarat, ia
bertemu dengan sembilan hulubalang pilihan raja. Para
hulubalang marah dan hendak membunuhnya. Para
hulubalang menanyakan keahlian apa-apa.
“Hamba hanya bisa bermain kayu,” Katanya”.
“Mana kayumu?.
Didalam perahuku dipinggir pantai”.
Beberapa hulubalang pergi keperahu untuk mengambil kayu itu. Akan tetapi
mereka kecewa karena perahu itu kosong dan hanya ada sesekor ayam.
“Engkau pembohong dan pendusta, engkau harus kami bunuh bersama ayammu
itu”. Para hulubalang makin marah, anak kecil
itu diseret salah seorang hulubalang keperahu untuk dibunuh.
Anak kecil itu berkata, “Tunggu. Hamba ikat dulu ayam ini”. Setelah ayam
diikat, ia mengambil tombak bermata tiga. Lalu ia berkata kepada hulubalang,
inilah kayu yang hamba katakana tadi”.
Sekali kibas tombak itu, semua hulubalang dan prajurit tewas, lalu anak
kecil itu melentingkan diri ketempat Raja Mataram, disana semua prajurit sedang
berlatih dihabiskannya, tinggal raja seorang diri.
Engkau mungkin berniat menguasai kerajaanku kata Raja Mataram. Tetapi
ketahuilah olehmu, selagi hayatku masih ada, tidak mungkin kuserahkan kerajaan
ini padamu. Raja Mataram menangkap dan mengempaskannya ketanah, akan tetapi
anak kecil itu tidak cedera sedikitpun, bahkan akhirnya dengan sangat terpaksa
ia membunuh Raja Mataram.
Setelah Raja Mataram meninggal, rakyat meminta agar Orang Kayo Hitam
menjadi raja, akan tetapi ia tidak mau mengganggu kedaulatan Mataram, ia
menyerahkannnya kepada Menteri untuk mengatur. Orang Kayo hitam pun kembali ke
Jambi, karena di Jambi ada pemberontakan yang dilakukan oleh Tiang Bungkuk.
Tiang Bungkuk dapat ditangkap, ia dihukum dengan direndam dbawah rakit
yang berlayar ditepi sungai. Rakit itu juga membawa dua ekor angsa-angsa itu
mencecerkan kotoran ditepi sungai. Dari kotoran angsa-angsa itu berdirilah
negeri, berturut-turut Tanjung Simalidu, Muara Tebo, Muara Tambesi dan Tanah
Putih Jambi. Setelah itu, angsa-angsa itu lenyap bersama Tiang Bungkuk.
BUJANG BERDERAU INTAN
Tersebut kerajaan Pemayung yang wlayahnya mencakup lereng Bukit Siguntang
di daerah Sumai sekarang. Konon kerajaan Pemayung yang rakyatnya aman, makmur
dan sejahtera itu. Terusik oleh wafatnya paduka raja. Tidak ada seorangpun yang
patut menggantikan almarhum, sejak baginda Pemayung berpulang kealam baka,
pemimpin pemerintahan dilaksanakan oleh Datuk Dubalang Sakti, dia adalah tangan
kanan almarhum Baginda Raja Pemayung, lgi pula dia dihormati dan disegani oleh
segenap lapisan rakyat kerajaan Pemayung. Pemuka masyarakat berkeiinginan agar
beliau dinobatkan sebagai raja.
Tetapi Datuk Dubalang Sakti menolak, lalu Datuk Dubalang dan beberapa
pendekar diutus oleh majelis rapat untuk mencari seorang yang sesuai untuk
menggantikan almarhum.
Pagi-pagi mereka berangkat, Dubalang mengajak beberapa pendekar dan
anjing putih akan menyertai kita, sebab dalam mimpi tadi malam, mereka akan
menemui seseorang yang telah ditakdirkan menjadi Raja Pemayung. Dia berasal
dari kayangan, tepatnya Dubalang. Orang dari kerajaan Mahadewa dilawang pintu
langit. Anjing putih besar berekor panjang tajelo sampai ketanah amat setia
pada tuannya. Dia akan menjadi penunjuk jalan. Anjing putih itu akan dididik
dan di ajari oleh tuannya selama puluhan tahun.
Ketinggian penerawangan Datuk
Dubalang Sakti yang sakti itu dapat berkomunikasi jarak jauh dengan seorang.
Dalam mimpinya dia berdiskusi dengan seorang pemuda tampan dan gagah yang
berada dilawang pintu langit. Pemuda itu bernama Bujang Berderau Intan. Datuk
Dubalang meminta Bujang Berderau Intan untuk memohon restu pada ayahnya, Datuk
Syah Panjang Janggut. Bila kedua orang tuanya merestui maka segeralah engkau
turun kepermukaan bumi.
Bujang Berderau Intan termenung seorang diri. Setelah dia merasakan telah
dibujuk seoarng tua dari kalangan manusia, melihat suasana diri Bujang Berderau
Intan murung dan brmenung. Ayahnya Datuk Syah Panjang Janggut menanyakan kepada
Bujang Berderau Intan, lalu Bujang Berderau Intan menyatakan maksud hatinya
pada kedua orang tuanya bahwa ia mohon izin turu ke muka planet bumi. Ada sebuah kerajaan
ditanah Jambi yang memohon kepada dia supaya menjadi Raja. Tetapi orang tuanya
tidak mengizikannya karena mereka dari bangsa jin. Bila ia manusia orang tuanya
akan senang dan gembira merelakan ia menjadi seorang raja. Tapi menurut Datuk
Dubalang Sakti, jika Bujang Berderau Intan turun ke bumi, maka sifat, rupa akan
berubah menjadi rupa manusia. lalu Datuk Syah Panjang Janggut mengizinkan untuk
turun kebumi dan ibunya berpesan disana engkau usahakan tidak membuat keonaran,
cegah peperangan dan perbuatan mungkar. Pinpinlah kerajaan itu engan adil,
berbuatlah bijaksana demi kemakmuran rakyat. Sesaat menjelang keberangkatan
Bujang Berderau Intan ia dibekali oleh kedua orang tuanya 2 belah keris. Keris
yang agak panjang bernama si Untung Sudah, yang Pendek bernama Si Cabik Kafan.
Sungguh berat penanggungan rombongan Datuk Dubalang Sakti selama
perjalanan. Enam malam tanpa istirahat meraka berjalan masuk keluar hutan. Pada
hari yang ke-7 sampailah mereka pada sebuah pohon beringin raya. Datuk Dubalang
Sakti merebahkan badan dibawah pohon rindang itu. Ia berpesan pada si putih
supaya mengamat dulu dengan seksama sekeliling tempat itu. Siputih patuh.
Beberapa saat dia telah mengelilingi sekitar pohon itu. Dilihatnya seorang
budak berpakaian terhias intan terbujur dibawah pohon rindang tak jauh dari sana . Siputih melapor pada
tuannya dengan gonggongan dan gerakan gerak-gerik siputih. Tahulah Datuk
Dubalang Sakti bahwa telah ditemui seorang oleh siputih.
Begitu sampai didekat budak itu, segera Datuk Dubalang Sakti
memerintahkan kepada semua pendekar membangunkan budak itu. Sayang, makin badan
budak itu digoyang-goyangkan mereka makin nyeyak tampaknya. Ternyata mereka tak
sanggup, sungguh berat badan budak itu yang baru berusia 11 tahun.
Datuk Dubalang Sakti memang sakti, dengan gampang budak berpakaian aneh
itu digendongnya. Pakaian budak itu berubah seperti pakaian yang biasa
dikenakan budak-budak dalam kerajaan Pemayung.
Bujang Berderau Intan cepat tumbuh menjadi dewasa. Setelah usianya cukup
18 tahun. Seaya dengan pemuda baru tamat SMU sekarang, dia mulai mengambil alih
kepala pemerintahan. Sejak ia dinobatkan sampai diserah terimakan tugas sebagai
raja. Dibawah kepemimpinan Bujang Berderau Intan rakyat merasa diayomi. Hukum
ditegakkan secara adil. Keamanan dan ketertiban lebih mantap, sekolah dan
madrasah berfungsi, kebersihan, kesehatan dan keindahan makin nyata, kemakmuran
apalagi. Tidak ada pengangguran.
Bujang Berderau Intan meminang seorang putri dari Palembang yang bernama Putri Runduk Pinang.
Tetapi pinanngaannya ditolak oleh raja Palembang .
Datuk Dubalang Sakti menyamar menjadi saudagar, kapal sarat dengan
berlabuh dipelabuhan Palembang dipantai Sungai
Musi, berkat kecerdikannya dan disertai kesaktiannya putri Runduk Pinang diculik oleh Datuk Dubalang Sakti.
Seminggu kemudian ibu kota
kerajaan Pemayung telah diramaikan dengan perhelatan besar. Tujuh haru tujuh
malam diadakan keramaian rakyat untuk memeriahkan perkawinan Bujang Berderau
Intan DAN Putri Runduk Pinang.
Seminggu berikutnya dikonvoi kapal perang kerajaan palembang telah menyusuri sungai batang hari.
Rakyat menduga dalam sekejap saja kerajaan pemayung tunduk dibawah kekuasaan
kerajaan Palembang .
Putri Runduk Pinang berkata “Akan terjadi perang dahsyat gara-gara pernikahan
kita”.
“Tidak-tidak akan terjadi, mereka akan mengucapkan selamat atas
pernikahan kita.
Lalu datuk membawa Siuntung Sudah, asal sudah tampak konvoi kapal perang,
acungkan pedangnya, percayalah musuh akan kelu serta mereka akan menjadi
sahabat, tetapi kalau Sicabik Kafan diacungkan maka akan terjadi peperangan.
Datuk mengacungkan Siuntung sudah, maka terjadilah persahabatan diantara
kerajaan Pemayung - Palembang .
ASAL-USUL TERJADINYA BUKIT SIGUNTANG
Gunung Merapi di Sumatera Barat, bukit Siguntang di Jambi. Dan bukit si
Guntang-Guntang di Palembang, ketiganya mempuanyai sejarah asal-usul yang sama.
Pada zaman dahulu tersebutlah sebuah kerajaan yang bernama Selado Sumali.
Raja negeri itu mempunyai sebuah pedang pusaka yang diturunkan secara
turun-temurun, tapi sayang senjata tersebut tiba-tiba hilang tanpa diketahui
kemana perginya.
Pedang Pusaka yang keramat serta bertuah itu bernama “Pedang Surik
Meriang Sakti Sumbing Sembilan Puluh
Sembilan”. Raja telah bertekad agar pedang pusaka yang hilang itu harus
ditemukan segara. Dipanggillah seorang hulubalang kerajaan yang amat terkenal
bernama Datuk Baju Merah Berbulu Kerongkongan. Karena setiap turut berperang
bajunya selalu merah oleh darah, dan ketika dia dilahirkan kerongkongannya
dtumbuhi bulu. Kepada belaiaulah raja mempercayakan untuk mencari pedang pusaka
yang hilang itu.
Ketika Datuk Baju Merah Berbulu Kerongkongan mendapat tugas ini beliau
menerimanya dengan senang hati tanpa membantah sedikitpun. Karena beliau tahu
benar dengan tugasnya, maka pergilah beliau masuk hutan keluar hutan tanpa ada
sedikitpun rasa takut lama kelamaan beliau sampai kesebuah goa, diputuskannya
lah untuk memasuki goa itu yang nampak gelap dan didinding goa yang keras dan
dingin. Sesampai disana Datuk Baju Merah Berbulu Kerongkongan amat terkejut
disebuah batu yang papak dilihatnya orang tua sedang duduk bertapa,
diharibaannya terlintang sebuah pedang Datuk Baju Merah Berbulu Kerongkongan
benar-benar memperhatikan benda itu tersebut.
Menurut hematnya itulah pedang Surik Meriang Sakti Sumbing Sembilan Puluh Sembilan yang
dicarinya.
Setelah menunggu beberapa saat barulah beliau menyapa orang asing yang
sedang bertapa!. Siapa sebenarnya datuk sebenarnya dan dari mana datuk datang?.
Mendengr ada suara manusia, bahwa pertapa itu menyebutkan namanya yang
bernama Panglimo Tahan Takik berasal dari Ranah Pagaruyung, terus petapa itu
bertanya kepada Datuk Baju Merah Berbulu Kerongkongan, siapa engkau gerangan
yang lancang ini. Ada
keperluan apa makanya engkau sampai disini.
Maksud hamba? Datang kemari hendak mencari pedang pusaka Negeri Selado
Sungai yang hilang. Kalau haba tak salah lihat pedang pusaka itu ada diharibaan
Datuk Panglimo.
Kurang ajar !!! Rang Panglimo Tahan Takik, ia punlalu dan langsung
menyerang Datuk Baju Merah.
Perkelahian sudah tak dapat dihindarkan lagi, mula-mula tending menendang
kemudian saling hembus-menghembus bunyi pelak dan raung bersiponggang melantun
dinding- dinding goa, binatang- binatang yang ada disekitar goa itu
berterobosan lari kemana-mana.
Perkelahian terus berjalan sudah 6 (enam) hari tubuh kedua pendekar itu
tampak lelah. Matahari telah tiba mengawali hari ketujuh dalam mengikuti
perkelahian antara kedua pendekar yang tangguh kedalam sebuah goa ditengah
rimba Negeri Selado Sumai, pada hari ketujuh ini tempat telah berpindah
kebagian luar, perkelahian sudah semakin hebat.
Datuk Panglimo Tahan Takik. Sadar bahwa pedang yang mereka perebutkan
telah berhasil diambil lawannya. Segera berdiri dan mengejar Datuk Baju Merah,
pendekar kedua itu sedang berkejar-kejaran sejadi-jadinya. Penghuni rimba
besar-kecil lari pontang-panting ketakutan. Sudah tujuh lurah tujuh pematang
yang mereka lalui, akhirnya sampailah kesebuah tanah lapang yang maha luas.
Sayup-sayup mata memandang rumput hijau papak beluka, diatas padang datar itu lah kedua pendekar masih
saling kejar-mengejar, namun tiba-tiba mereka berhenti dimuka mereka tampak
seekor ulat besar sedang menghadap siap menelan barang siapa yang berani
mendekat, melihat hal ini kedua pendekar itu mengadakan perundingan.
Kedua pendekar tu melakukan pertaruhan, barang siapa yang sanggup
membunuh ular itu dialah yang berhak mendapatkan atau memiliki pedang Surik
Meriang Sakti Sumbing Sembilan Puluh Sembilan. Kedua pendekar itu sama-sama
setuju.
Selesai berucap kemudian Datuk Panglimo mencoba untuk melawan ular besar
itu, perkelahian datuk panglimo degan melawan ular itu sudah berjalan ternyata
datuk panglimo tidak sanggup melawan dan membunuh itu,
Melihat temannya tidak mampu membunuh ular besar melintang dan
menghalangi perjalanan mereka, Datuk Baju Merah sebentar matanya melirik kepada
pedang Surik Meriang Sakti yang dipegangnya, ia melangkah lambat secara
meyakinkan sambil megucapkan kata sakti dan himbauan, selesai berucap yang
demikian dicabutkannyalah pedang tersebut, tentu saja ia berhajat hendak merata
badan ular tersebut, tiba-tiba keluar cahaya seperti kilat dari senjata pusaka
itu, miliki Negeri Selado Sumai, serentak dengan itu serentak itulah
dihujamkanlah senjata itu sekuat-kuatnya.
Terpungkas dan potong tiga badan ular itu, melihat kenyataan ini datuk
paglimo tahan takik sangat marah. Ia melompat kesamping ditendangnya kepala
ular itu sekuat-kuatnya, kepala ular itu terlempar ke udara bersiutan dan jatuh
ditanah Minang Kabau, yang lama kelamaan menjadi gunung merapi seperti yang ada
sekarang, ekornya diangkat dengan tangan lalu dilemparkanya kenegeri Palembang
menjadi bukit Siguntang-Guntang, itulah sejarah asal-usul terjadinya bukit
Siguntang.
Sejarah ini telah diterbitkan dalam buku yang berjudul “Mengenal Adat
Jambi dalam Pesrfektif Mondern. Yang ditulis oleh : H. Kemas Arsyad Somad, SH,
MH.
BUJANG JAMBI
Konon pada masa lampau. Kerajaan Melayu yang ber Ibu Kota di Muaro Jambi.
Memerintah seorang putri teramat eloknya parasnya. Putri itu baru, berusia 20
tahun dia arif dan bijaksana, budi bahasanya terpuji, amat peduli terhadap
rakyat, kemolekan dan keramah tamahan putri itu telah diketahui oleh hampir
semua orang bahkan para bangsawan manca Negara tertarik untuk menyuntingnya.
Putri Selarasnya Pinang Masak, begitu nama penguasa tunggal kerajaan melayu
berdarah Pagaruyung itu yang selalu menampik pinangan orang. Penampikannya
secara halus dan bijaksana karena itu tak seorangpun merasa terhina dan dendam
kepadanya.
Suatu ketika tersebutlah panglima perang dari Negara Hindustan, panglima
itu bernama Tun Talanai yang terkenal hebat dan sakti, ia menugasi seoarng
pembantunya untuk menyelidiki kebenaran berita tentang anak dara yang merajai
kerajaan melayu sungguh molek dan manis budi bahasanya.
“Benar” Tuanku. Ujar yang ditugasinya menemui putri selaras pinang masak
di Muara Jambi itu”. Hamba belum pernah melihat seorang anak gadis secantik
raja melayu itu. Tuanku”.
“Tutup mulutmu bentak tuan telanai “Aku tidak menanyakan kecantikan,
kutanyakan apakah dia sudah ada tunangan.
“Belum” Tuanku, setiap lamaran orang ditampiknya, kata-kata tuan dia
belum cukup umur.
“Bagus istirahatlah, kapan kuperlukan engkau kupanggil. “Panglima yag
gagah berani itu sugguh rapuh hatinya. Dia tergda sekali oleh cerita tentang
kemolekan raja melayu. Yang muda itu, berhari-hari ia membayangkan
kecantikangadis yang baru dikenal namanya saja. Istrinya sendiri tidak
diperdulikannya.
“Selaras Pinang Masak? Apa Selaras, atau Selaro, tentu maksudnya Selara.
Artinya dedaunan kuning yang berjatuhan ketanah, tidak-tidak selaro pasti
selaras artinya serupa, bagaikan, seumpama, ya barang kali kulit gadisitu
bagaikan kulit buah Pinang Masak, warnanya kuning kemerah-merahan, licin dan
bercahaya, benar sungguh cantik.
Putri Selaras Pinang Masak itu, begitu hatinya berkata dan menggambarkan
gadis yang belum pernah dilihatnya.
Tun Talanai memutuskan untuk meneui Putri Selaras Pinang Masak tanpa
dtemani oleh seorang pun. Berangkatlah ia kekerajaan melayu, dalam perjalanan
jauh dari Hindustan tak seorangpun menganggunya, tampangnya yang jelek sudah
tua bangka pula, tidak tertarik orang untuk menegurnya, sesampai diistana Putri
Selaras Pinang Masak disambut dangan ramah tamah, tidak ditampakkan oleh Putri
Selaras Pinang Masak rasa mual dan muak melihat wajah jelek berkeriput itu.
Setelah mereka bertukar pikiran, ngobrol ini dan itu, jelas diketahui
oleh penguasa kerajaan melayu itu bahwa tamunya ingin menikahi dirinya. Sebelum
sampai menyampaikan hasrat hatinya diajaknya Tun Talanai bermain catur.
Buah catur Putri Selaras Pinang Masak besar-besar dan berat memerlukan
cukup tenaga untuk memindahkan buah catur itu, kagum juga Putri Selaras Pinang
Masak menyaksikan kehebatan tamunya, berkata dalam hatinya tidak dapat ia
ditaklukkan dengan kekuatan sekalipun melalui peperangan. Jika benar-benar dia
melamarku, sulit ditolak bisa terjadi dengan pertumpahan darah di kerajaan ini.
Esok harinya Putri Selaras Pinang Masak mengajak mengundang Tun Talanai
makan siang di istana, betapa senang hati yang diundang, piker mereka tidak
bertepuk sebelah tangan, bergegas ia kesitana.
Setelah mereka bersama berkata Putri Selaras Pinang Masak “beta tidak
memperkenankan orang yang dikagumi berlama-lama dalam penantian, apalagi beta
lihat jalan yang ditempuh tampak terang, kata Putri Selaras Pinang Masak.
Wajah tamunya berseri-seri disentuh ucapan begitu, barkata Tun Talanai, apa yang putri perlukan dari hamba?.
Katakanlah tuan putri hamba akan penuh segala yang tuan putri pinta.
Jika tuan menginginkan diri jadi istrimu yang syah, karena beta dalam
serba kekuarangan, buatlah beta sebuah mahligai yang tingginya memecah langit,
dimahligai itu nantinya kita bersenang-senang.
“Oh………….., rupanya tuan putri akan menguji kemampuan hamba? Mahligai
begitu? Gampang! Sedangkan gunung emas yang tuan putri minta, tentu akan hamba
persembahkan demi cinta hamba pada puan, diikuti tawa terbahak-bahak.
“Permisi Puan!, hamba akan segera membuatnya, dalam tempo sepekan puan
putri telah dapat berpindah kemahligai indah itu”. Tunggu tuan, beta ingin
bersuamikan orang sakti, tampaknya tuan seoarang yang memiliki kesaktian.
Siapkan mahligai beta maksudnya sejak sekarang sampai menjelang Subuh! Jika
gagal berarti kita tidak jodoh.
“Boleh barangkali puan ingin menggambarkan bentuknya dulu. Kerjakan saja
mulai tengah malam nanti.
“Ohya…………. Baiklah !.
Tun Talanai memang sakti dipanggilnya jin yang berada di lawang pintu
langit untuk membantunya, rakyat diibukota Muara Jambi begitu pula Putri
Selaras Pinang Masak tidak bisa tidur malam itu, suara hiruk pikik, para remaja
membangun mahligai yang dikomandokan oleh Tun Talanai sendiri terdengar
lantang.
Putri Selaras Pinang Masak amat khawatir seandainya mahligai yang
dibangun oleh Tun Talanai selesai sebelum subuh dirinya tidak bisa menampikkan
lamaran itu.
Ditugasinya seorang yang dipercayainya untuk menyaksikan orang-orang
bekerja, dikatakannya jika menurut dugaanmu mahligai itu akan siap menjelang
subuh, segera laporkan kepada beta. Pergilah!.
Dalam napas terengah-engah sekali mahligai itu hanya atapnya saja yang
belum siap, beribu-ribu orang pekerjanya. Darimana dan kapan mereka
didatangkan?”. Entahlah pokoknya subuh pekerjaan mereka sudah rampung. “Ya.
Segera kumpulkan para cerdik cendikiawan negeri ini katakana dalam tempo 15
menit sejak saat ini mereka sudah di istana!. Cepatlah.
Dalam pertemuan darurat itu diputuskannya bahwa segera semua kandang ayam
penduduk mesti diterangi dangn kain putih, atau cukup dengan kelambu dibagian
sebelah timur. Dibalik kandang itu diberi penerangan penerangan baik dengan
lampu, dengan lilin maupun dengan obor. Setelah siap semua dinding kandang ayam
dimuara jambi dipukul. Beberapa orang di tugasi menirukan kokok ayam.
Tun Talanai terperanjat bukan kepalang karena kokok ayam lantang
terdengar bersahut-sahut. Darahnya, menindih badan gemetar. “Kurang Ajar”,
seraya menendang bangunan mahliga yang hampir selesai itu, karena kegagalan
disebabkan kecerdikan Putri Selaras Pinang Masak, maka segera dia berangkat
meninggalkan Muara Jambi.
Sesampainya dinegerinya. Langsung kerumah, disambut oleh sitrinya yang
hamil tua itu.
Sehari kemudian Tun Talanai mengundang beberapa orang daung dan ahli
nujum. Diketahuinya bahwa anak yang akan lahir mencelakakan dirinya, selain itu
kegagalan melenyapkan mahligai di Muara Jambi disebabkan kelicikan Putri
Selaras Pinang Masak, kepadanya tukang tenung dan ahli nujum, “Akan kubalas
perbuatan keji Putri Selaras Pinang Masak sekalipun tidak dalam waktu dekat.
Anak ku akan kubuang !.
“Begitulah sebaiknya tuanku! Usar salah seorang ahli nujum “anakku amat
berbahaya dan akan membunuh mu”.
Bayi laki-laki berusia dalam 3 hari dalam keadan segar bugar itu
dimasukkan kedalam sebuah kotak. Kotak itu dibuat sedemikian sehingga tidak
bocor. Dibagian sisi atas diberi berlobang-lobang, dari lobang udara keluar
masuk, pada sisi atas itu ditulis besar-besar Bujang Jambi.
Secara diam-diam kotak itu dihanyutkan kelaut, sehingga terdampar
dipantai kerajaan Siam , oleh
seorang nelayan, kotak itu ditemukan kemudian diserahkan kepada baginda raja siam .
“Terima Kasih”, ujar baginda raja menerima penemuan yang baginya
merupakan anugrah. “Agaknya bayi montok ini sengaja dihanyutkan mungkin anak
haram, mungkin seoarng raja, sambungnya.
Atas kesukacitaan mendapat bayi itu, maka nelayan dihadiahkannya
berbagai kebutuhan hidup sehari-hari ditambah dengan sejumlah uang emas. `Bayi
itu tumbuh dan berkembang wajar, Raja menamakan Bujang Jambi sebagaimana yang
tertulis pada kotak ditemukan nelayan. Nama itu melekat pada anak manusia yang
dilahirkan tanpa cacat cela.
Tun Talanai, begitu selesai menghanyutkan bayi titik zariatnya sendiri
langsung berlayar menuju pulau Sumatera. Setelah berbulan-bulan dalam
pelayaran, sampai beliau ke Muara Jambi. Tujuannya tidak lain kecuali akan
mempermalukan Putri Selaras Pinang Masak yang telah dipersuntingkan oleh Paduko
Datuk Berhalo yang berdarah Turki itu. Dengan sembunyi dia menetapi diujung
Muaro Jambi, agar tidak diketahui orang tentang dirinya yang asli, maka ia
menyamar. Delapan belas tahun lamanya menunggu masa yang tepat untuk mencekik
istri datuk Paduko Berhalo.
Lain halnya dengan Bujang Jambi, dirinya sejak kecil dan diajari berbagai
ilmu pengetahuan, keterampilan dan ilmu bela diri, karena dia sadar bahwa
tampang dan postur tubuhnya berbeda dengan orang Siam ,
timbul berbagai pertanyaan didalam hatinya, benarkah aku anak ayahku baginda
raja Siam ?
Jika benar mengapa parasku tidak mirip dengan baginda? Jika bukan anak baginda,
anak siapakah aku? Mengapa namaku Bujang Jambi, yang tidak ada dalam bahasa Siam .
Dari perenungan dan penyelidikan cukup lama hampir 10 tahun hanya
bertanya-tanya tentang dirinya sendiri, yakinkah ia bahwa ayahnya Tun Talanai,
seroarng panglima perang yang gagah berani dan kejam, sifat-sifat kemanusiaan
tidak dimiliki oleh ayahnya, ia berbuat semena-mena terhadap orang-orang yang
tidak disukainya dan dia tahu bahwa ayahnya pernah melewat ke Muaro Jambi.
Agaknya dimuara Jambi asal-usulnya.
Kebetulan sekali ketika Bujang Jambi sampai di Muara Jambi berpaspasan
dengan seorang tua, orang tua itu menyapanya:
“Wahai anak muda sukakah engkau membantuku?
“O ya, anda siapa?
“Jangan dulu Tanya siapa diriku, jawab dulu pertanyaan ku tadi.
Sukakah engkau menolongku?
“Suka asal anda kenalkan dulu diri anda kepadaku !.
“Baik asal engkau suka merahasiakan siapa diriku ini.
“Bersedia !.
Aku Tun Talanai. Aku selama 18 tahun disini akan membalas dendam tetapi
tidak mudah, penjagaan istana amat ketat. Karena itu Bantu aku cukup engkau
menyelidiki berapa jumlah pegawai istana dan di ruang mana biasanya Putri
Selaras Pinang Masak sering datang”.
O, Ya! Anda Tun Talanai panglima perang yang gagah perkasa bukan?,
cobalah bela dirimu dari serangan Bujang Jambi ini !.
Perkelahian seru terjadi. Tiga hari tiga malam tidak ada diantara kedua,
anak ayah itu tampak akan kalah, tidak tampak pula gejala-gejala diantara
mereka akan menang. Karena Tun Talanai merasa letih, sadar pula bahwa nama
Bujang Jambi, adalah anak kandungku. Telah ditenung oleh para ahlinya, memang
engkaulah orang satu-satunya orang yang akan membunuhku. Itulah sebabnya aku
buang engkau sejak masih bayi .
O ya, memang aku akan membunuh setiap orang yang membuat orang lemah mati
terbunuh. Mari ….. kita lanjutkan pertarungan kita !.
“Sebentar nak! Jawab Tun Talanai lirih, dia iba akan nasib anaknya,
karena itu ia ikhlas mati karena perbuatan kejam yang pernah dilakukan khusunya
terhadap bayi bernama Bujang Jambi. “ambillah batang benban batu yang banyak
tumbuh didekat telaga disebelah istana Putri Selaras Pinang Masak, setelah engkau
tajamkan ujungnya baru engkat temui aku, aku tidak akan beranjak dari tempat
ini, ambillah, hanya itu senjatamu yang mampu membunuhku”.
“Baik, akan kuambil batang beban batu, ingat engkau jangan coba-coba
melarikan diri keujung dunia sekalipun akan kukejar.
ORANG KAYO HITAM
Orang
Kayo Hitam adalah orang yang terkenal di Jambi, yang memerintahkan Jambi dengan
adil dan bijaksana. Kemudian pada waktu
itu, Jambi harus membayar Upeti kepada raja Mataram, paman Orang Kayo Hitam,
dipulau Jawa. Akan tetapi Orang Kayo Hitam menghentikan pengiriman upeti. Raja Mataram
marah mengetahui hal itu, beliu bermaksut menyerang Jambi, beliu mempersiapkan
pasukan Khusus yang dilatih oleh sembilan hulubalang. Beliau juga menyuruh
seorang pandai besi untuk membuat sebuah keris sakti yang ditempa dengan
sembilan tempaan. Keris itu harus selesai selama sembilan kali hari jumat.
Keris sakti itu khusus untuk membunuh Orang Kayo Hitam. Karena iya tidak mudah
dibunuh.
Orang
Kayo Hitam mengetahui rencana raja Mataram, ia membuatkan tekat pergi
kekerajaan Mataram bersama adiknya, ia membulatkan takat pergi kekerajaan Mataram
bersama adiknya Orang Kayo Pingai sambil membawa pekakas perang, tombak bermata
tiga, ketika Orang Kayo Hitam sampai dipelabuhan kerajaan Mataram, ia langsung
mendapat serangan dari darat, ia pun langsung mengubah dirinya menjadi anak
kecil kudisan. Raja Mataram memerintahkan kesembilan hulu balangnya untuk
menangkap anak kecil kudisan. Akan tetapi penangkap itu tidak terlaksana karena
para hulubalang mencium bau busuk yng luar biasa dari tubuh anak itu. Pada hari
Jumat pertama, raja Mataram pergi ke empu pandai besi yang tinggal disebuah
gua. Empu itu sedang membuat keris sakti tidak seorangpun mengetahui tempat
itu. Akan tetapi setelah baginda pergi. Anak kecil kudisan muncul dihadapan
empu pandai besi kemudian pandai besi mengatakan bahwa ia sedang membuat sebuah
keris. Keris itu diramu disembilan desa, ditempah dengan sembilan tempaan dan
harus selesai selama sembilan kali hari jumat pada hari jumat yang telah
dijanjikan anak kecil kudisan datang lagi menemui empu pandai besi. Dengan
bujuk rayu yang halus, empu terpaksa memperlihatkan keris itu kepada anak kecil
kudisan. Anak kecil itu bertanya, “berapa upah yang empu terima dari raja?”pada
mulanya empu tidak mau mengatakan upah yang ia terima. Akan tetapi setelah
didesak, empu pun menyebutkan upah yang ia terima dari raja. Kemudian, anak
kecil kudisan menawarkan upah lebih banyak kepada empu.
Setelah
dibujuk, akhirnya empu tertarik dangan upah itu, tetapi dangan syarat ia harus
dilindungi. Keris itupun jatuh ketangan anak itu. Lalu, ia membawa empu
keperahunya. Anak kecil itu memberanikan diri naik kedarat, ia bertemu dengan
sembilan orang hulubalang pilihan raja, para hulubalang marah dan hendak
membunuhnya karena bau badannya dapat menganggu ketertiban masyarakat. Para hulubalang menanyakan keahlian yang di miliki anak
kecil kudisan. Anak itu menjawab bahwa ia tidak mempunyai keahlian apa-apa.
“hamba hanya bisa main kayu” katanya, “mana kayumu?” didalam perahuku dipinggir
pantai. “beberapa hulubalang pergi keperahu untuk mengambil kayu itu akan
tetapi, mereka kecewa karena perahu itu kosong dan hanya ada seekor ayam
”engkau pembohong dan pendusta, engkau harus kami bunuh bersama ayammu itu.
“engkau ayam anda berkokok” kata anak kecil kudisan.” Kalian boleh melihat anak
ayam itu” anak kecil itu mengeluarkan anak ayam itu. Ayam itu berkokok “
cikcikciaaap” para hulubalang mungkin marah mendengar kokok ayam jejek itu.
Ayam
kecil itu diseret salah seorang hulubalang keperahu untuk dibunuh anak kecil
itu berkata, ”Tunggu, hamba ikat dulu ayam ini. Setelah ayam itu, ia mengambil
tombakkan berkata kepada hulubalang ,”inilah kayu tiga hamba katkan tadi
“sekali kibas tambak itu, semua hulubalang dan prajurit tewas. Kemudian, anak
kecil itu, melentingkan diri ketempat raja Mataram, dekat tempat latihan
prajurid. Yang sedang berlatih dihabiskannya, tinggal raja seorang diri “engkau
mungkin berniat menguasai kerajaanku, buyung”kata raja Mataram” Tetapi
ketahuilah olehmu, selagi hayat ku masih ada, tidak mungkin kuserahkan kerajaan
ini kepada mu. “ anak kecil itu tidak tersinggung ia tetap membujuk raja Mataram
agar mau menyerah kerajaannya. Justru hal sebaliknya yang terjadi. Raja Mataram
menagkap dan mengepaskan ketanah. Akan tetapi anak kecil itu tidak cedera
sedikit pun. Bahkan akhirnya dengan sangat terpaksa ia membunuh raja Mataram
setelah raja Mataram meninggal. Rakyat meminta agar Orang Kayo Hitam mau
menjadi raja. Akan tetapi ia tidak mau mengganggu kedaulatan Mataram. Ia
menyerahkanya kepada para menteri untuk mengatur Orang Kayo Hitampun kembali ke
Jambi karena Jambi ada pemberontakan yang dilakukan tiang Bingkuk. Tiang
Bingkuk dapat ditangkap ia dihukum dengan direndam dibawah rakip yang berlayar
meninggalkan Jambi. Rakit itu juga membawa dua ekor angsa. Angsa itu juga
menyecerkan kotoran ditepi sungai dari kotorang angsa-angsa itu berdirilah
negeri, berturut-turut Tanjung Suma Lidu, Muara Tebo, Muaro Tembesi, dan tanah
pilih Jambi setelah itu angsa-angsa itu lenyap bersama tiang Bingkuk.
BUJANG BERDERAU LINTAN
Di
Jambi di daerah Sumai sekarang terdapat sebuah kerajaan yang bernama kerajaan
pemayung. Kerajaan itu terusik semenjak kematian rajanya, kemudian tangan kanan
raja berusaha mencari orang yang pantas dan patut untuk dijadikan sebagai
pemimpin kerajaan tidak seorang pun yang mampu memimpin kerajaan sehingga
tangan kanan raja yang bergelar Datuk Dubalang Sakti mendatangi seorang pemuda
dari kayangan anak dari jin yang menguasai kerajaan mahadewa de lewang pintu
langit yang bernama Bujang Berderau Intan. Lewat mimpinya itu Datuk Dubalang
sakti mernyampaikan niatnya kepada pemuda itu agar ia mau untuk memimpin
kerajaan pemayung.
Setelah
mendapat mimpi di datang oleh seorang manusia yang menginginkan dirinya untuk
menjadi raja ia terus saja termenung dan bermurung rupa sehingga menbuat kedua
orang tuanya menjadi bingung dan bimbang melihat kelakuan anaknya.sehingga
orang tuanya bertanya apa gerangan yang
membuat anaknya menjadi bermurung rupa. Maka diceritakannyalah kepada kedua
orang tuanya bahwa perihal mimpinya itu. Semula kedua orang tuanya tidak yakin
akan permintaan hulu balang itu karena mereka tidak berasal dari golongan
manusia melainkan jin.
Tetapi
setelah difikir dan direnungkan maka kedua orang tuanya dengan berberat hati
melepaskan anaknya turun kebumi dengan membekali 2 buah keris. Keris yang agak
panjang diberi nama si untung sudah yang bila di acungkan kelawan maka lawan akan berpisah nyawa dari badan dan
turunlah bujang bederau intan kebumi.
Setelah
enam hari berjalan dubalang memutuskan beristirahat maka beristirahatlah
diselekas pohon beringin raya siputih, anjing
dubalang mengelilingin sekitar pohon beringin dan dilihatnyalah seorang
budak berpakaian terhiyas intan terbujur dibawah pohon rindang, maka segeralah
ia melapor kepada tuanya akan apa yang ditemukanya datuk dubalang dan rombongan
segera mendatangi tempat itu disana ia melihat apa yang di lihat oleh siputih.
Kemudian dubalang memerintahkan pada semua pedekar untuk membangukan budak itu
tetapi tidak berhasil kemudian `Datuk dubalang yang turun tanggan untuk
menbangunkan budak itu budak yang berusia sekitar 11 tahun itu angkatnya dalam
keadaan masih tidur saat dada budak itu menempel pada dadanya maka pakaian aneh
anak itu berderau bunyinya dan berubah seperti pakaian biasa, dan ia pun
bertukar dan pulanglah mereka keistana.
Setelah
berusia 18 tahun dia mulai menguasai kepala pemerintahan dia memimpin kerajaan
dengan arif dan bijaksan sehingga rakyat menjadi makmur dan ia mengutarkan isi
hatinya kepada datuk dubalang bahwa ia akan mempersunting anak raja Palembang sehigga
Datuk Dubalang pergi ke Palembang dan mencari putri Runduk Pinang dibawa
teramat meriah selama 7 hari 7 malam.
Seminggu
berikutnya, sekonvoi perang kerajaan Palembang
telah menyelusuri sungai Batang Hari tetapi raja pemayung menegaskan kepada
hulu balang sakti untuk meacungkan ujung kerisnya kepada rombongan kapal yang
akan menyerang kerajaan mereka maka di acungkannyalah ujung keris si untung
sudah.
Alhasil
sejak kejadian Datuk dubalang sakti
mengacungkan ujung si untung sudah terjalinlah persahabatan erat kedua kerajaan
yang awalnya berseteru pemayung Palembang
betapa gembira pengatin baru : baginda bujang berderau intan – putri runduk
pinang. Atas persahabatan Pemayung-Palembang.
ASAL-USUL TERJADINYA BUKIT SI GUNTANG
Pada
zaman dahulu tersebutlah sebuah kerajaaan yang bernama selado sumai. Negeri ini
diperintahkan oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Raja negeri ini
mempunyai sebuah pedang pusaka yang di turunkan secara turun-temurun, tetrapi
senjata tersebut tiba-tiba menhilang tanpa diketahui kemana perginya. Dan
peristiwa tersebut sangat mengharubirukan sang raja.
Pedang
pusaka yang keramat ini dinamakan pedang surik meriang sakti sumbing sembilan
puluh sembilan. Raja bertekat pusaka yang hilang itu harus ditemukan, jadi untuk
menemukan pedang pusaka itu kembali, ditugaskanlah seorang hulubalang kerajaan
yang terkenal bernama Datuk Baju Merah Berbulu kerongkongan dan kepada
beliaulah raja mempercayakan untuk mencari pedang pusaka yang hilang itu.
Dengan
senang hati tanpa membantah Datuk Baju Merah Berbulu kerongkongan mendapat
tugas untuk mencari pusaka tersebut tanpa membantah beliau tahu benar dengan
tugasnya dan langsung pergi tanpa takut sedikit apapun walaupun masuk hutan
keluar hutan, lama kelamaan sampailah disebuah Goa
yang sangat gelap. Dengan langkah pasti menyusuplah beliau Kedalam Goa yang
gelap itu, tetapi pada bagian dalam Goa itu tampak terang sekali karena ada
lobang disebuah atas yang menerpa masuk ke Goa sesampainya Datuk Baju Merah
Berbulu Kerongkongan amat terkejut melihat ada seorang tua sedang duduk bertapa
dan disampingnya terlihat pula oleh datuk baju merah pedang surik meriang sakti
sumbing sembilan puluh sembilan yang hilang dari kerajaan selado sumai yang
sedang dicarinya itu.
Beberapa
saat kemudian beliau menyapa orang tua itu, dengan suara menghardik ia berkata
“tutup mucutmu dan jangan banyak omong. Aku berasal dari ranah pagarujung dan
namaku panglimo tahan takik. Ada
apa engkau kemari.” Hamba Datuk baju merah berbulu kerongkongan hulubalang
kerajaan selado sumai, dan tujuan hamba adalah mencari pedang pusaka dan kalau
tidak salah pedang itu ada diharibaan Datuk panglimo.
Mendengar
itu Datuk panglimo tahan Takik dengan sangat ganas, perkelahian semakin seru
tanpa ada tanda-tanda yang kalah keduanya sama-sama hebat sakti menghentikan
perkelahian untuk sama-sama istirahat untuk memulihkan kekuatannya bila
matahari terbit maka perkelahian dimulaikan lagi pokok ayam derego telah lama
terhenti, kacau murai dan cicit burung kecil-kecil mulai terdengar.
Mengawali
hari ketujuh dalam mengikuti perkelahian antara keduanya, perkelahian mereka
berpindah-pindah sudah tujuh lurah tujuh pematang yang mereka lalui akhirnya sampailah ke sebuah tanah
lapang yang saling kejar mengejar. Namun keduanya terhenti karena dimuka mereka
nampak seekor ular besar sedang menghadang siap menekan seekor barang siapa
yang berhak memiliki pedang pusaka tersebut.
Selesai
bercakap Datuk panglimo tahan takik bergegas maju melawan ular raksasa itu dan
menusuk dengan keris ke tubuh ular raksasa itu maka terpungkas dan potong tiga
badan ular besar tersebut, melihat hal itu Datuk panglimo tahan takik sangat
marah, ia melompat kesamping, ditentangnya kepala ular itu sekuat-kuatnya
kepala ular itu terlepar ke udara bersiutan dan jatuh ke tanah Minangkabau yang
sekarang menjadi gunung merapi, ekornya diangkatnya dengan tangan lalu
dilemparkannya jatuh kenegeri Palembang menjadi bukit singuntang-guntang, sedangkan
perutnya bagian tengah dibiarkan saja tertinggal di Jambi didaerah sumai
menjadi bukit si guntang, itulah sejarah asal usul terjadinya bukit siguntang.
PUTRI RENO PINANG MASAK
Pada
zaman dahulu, dibelakang dusun pasir majang sekarang ada sebuah kerajaan yang
bernama limbungan, kerajaa itu diperintah oleh seorang ratu putri reno pinang masak, putri
ini terkenal dengan kecantikannya yang menawan hati, tak mengherankan banyak
raja putra raja yang berhendak mempersuntingnya, namun tak seorang pun raja
atau putra raja yang meminang di terimanya.
Disamping
cantik, putri ini terkenal pula berbudi luhur, arip serta bijaksana, ia adil dan jujur, rakyatnya yang
miskin mendapat jaminan hidup dalam hal makan dan minum, yang raja diberi luang
untuk menambah dan mengendalikan kekerajaannya dengan itu terdapatlah suasana
yang harmonis sesamar masyarakat negeri limbungan.
Dalam
menjalankan pemerintahnya, sang ratu dibantu oleh tiga orang hulubalang yang
baginda percayai hulubang yang pertama bernama Datuk raja penghulu, terkenal
sebagai arif dan bijaksana yang kedua bernama Datuk dengan kitab seorang
hulubang mempunyai keistimewaan kejadi-kejadian yang akan datang melalui sebuah
kitab yang di milikinya, yang ketiga Datuk mangun bertugas sebagai panglima
perang kerajaan.
Kecantikan
putri reno
pinang masak terdengar pula sampai ketelingan raja jawa. Lama-kelamaan raja
negeri jawa lalu mengirim utusan untuk melamar sang putri, ternyata lamrannya
di tolak oleh putri reno
pinang masak. Raja jawa tersinggung karena lamarannya ditolak dengan tegas,
timbulah tekat raja jawa untuk bersumpah bagaimana pun akan mengJambil putri reno pinang masak
secara keras.
Putri
reno pinang masak tidak takut ancaman raja negeri jawa mabuk kepayang itu,
bahkan baginda ratu sangat cemas dan gram, baginda memandang giyayat raj jawa
tadi sebagai merusak negerinya, oleh baginda memanggil ketiga hulubang serta
mengumpulkan rakyat negerinya mencari jalan yang terbaik bagaimana menghadapi
raja yang mengancam menyerang negeri limbungan. Akhirnya didapatkan suatu cara
yang telah disepakati bersama negeri diberi berparit dan harus berpakaii dengan
bambu berduri bambu yang dahan dan rantingnya harus berduri, sebagai pagar
negeri menghalang supaya tentra jawa jangan masuk. Pagar inilah sebagai benteng
negeri limbungan sudah-sudah dilingkungi dengan pagar bambu berduri dipintu
masuk ditunggu datuk mangun beserta anak buah.
Raja
Jawa beserta tentranya datang satu-satunya untuk memasuki limbungan adalah
ssebuh gerbang yang dijaga hulubang
datuk mangun dan ank buahnya, terjadilah pertemuan yang sengat takuasa
sedikit pun menembus pertahanan datuk mangun yang disampingi oleh prajurit-prajurit
serta rakyat negeri limbungan ayng tangguh, tentra jawa terpaksa dengan
menderita korban besar.
Raja
jawa memanggil semua hulubang dan mengumpulkan semua prajurit, dan mencari
perundingan melalui pikiran orang banyak, dapat suatu akal dikumpulnya uang
ringit logam dijadikan peluru yang akan ditembakkan kesetiap rumpun bambu yang
berlapis-lapis, tadi ditembakkan sepuas-puas hati tentra jawa, sehingga uang
ringit beranggukan dicelan pohon bambu berduri tersebut, kemudian raja jawa
tentranya pergilah kembali.
Dalam
pada itu ada seorang penduduk negeri limbungan tidak di sengaja, bersua dengan
anggukan-anggukan uang ringit logam di sepanjang edaran pinggir bambu. Di Jambil
sebuah untuk diperlihatkan kepada sang ratu di istana, dimana engkau dapat
ringit logam itu, datuk ? Tanya baginda ratu penuh keheranan.
“dirumpun-rumpun
bambu benteng pertahanan lata tuanku” jawab pembawa ringit logam itu agak
tergagap,”bertimbun banyak-banyaknya.
“baiklah!”kata
sang ratu pula, aku yakin datuk tidak berbohong mari kita lihat benar saja
diputuskan untuk semua uang logam tersebut mudah untuk mengJambilnya pohon
bambu itu pun ditebangi uang logam tersebut diangkut keistana, pada saat itu
raja jawa bersama tentranya datang menyerbu, karena benteng pertahanan tak ada
lagi, tentra berserta rakyat limbungan tidak dapat menahan serangan mendadak.
Diam-diam pergilah baginda pergi seorang diri meninggalkan negeri yang
dicintanya.
Kemudian
tahu jagalah rakyat bahwa ratunya tidak ada lagi di istana berusahalah mencari
kemana-mana sementara itu seorang putri beristirahan kepondok menjelang ia
sampai kepondok ia sangat terkejut, dimukanya di udara yang cerah melihat
melayang sepotong upih pinang padahal tak sebatang pinang pun ada di tempatnya
ditebangkan angin dalam keheranan, petani itu bergagas menuju ketempat upih
jatuh. Sesampai disana ia sangat terkejut dilihat seorang tubuh wanita cantik
tergeletak tak bernyawa lagi,ia mungkin bertambah heran wajahnya tak di kenal,
dibalik-baliknya sebentar memang wajah yang tak dikenal sama sekali.maka
diputus kan
untuk memberi tahukan penduduk desa.
Ternyata
penduduk desa juga tak kenal siapa gerangan, orang yang meninggal secara aneh
itu semu jadi gempar, mereka salaing pandangan dan bertanya satu sam lain maka
dengan itu dipangil sebuah dukun. Dukun telah datang ia segera membakar
kemeyan,dalam waktu yang singkat dapatlah diketahui siapa gerangan.
“jenazah
yang kita temui ini “katanya mengabarkan kepada orang banyak yang
mengelilinginya”jenazah yang jatuh dari udara bagaikan upih pinang ini, dalah
jenazah tuan putri reno
pinang masak raja negeri limbungan.
Mendengar
ramalan dukun tersebut semua orang yang hadir sangat terkejut, suara berguman
berdingunga bagai suara ilbah terbang, wajah-wajah yang berupa keheranan
berbarubah menjadi suram dan sedih
terbayang kepada orang banyak betapa sensaranya tuan baginda rahi pada saat
terakhir hidup di Jambi keputusan untuk dimakamkan sang putri di huma di desa
tenaku itu. Dimakamkan didesa tenaku tersebut dinamakan “makam upih jatuh”.
Lama
kelamaan ketiga hulubalang, yakni datuk raja penghulu, datuk dengar kitab dan
datuk mangun sampai pula ketempat putri reno pinang masak dimakamkan, setelah
mereka ketahui bahwa itu adalah makam baginda ratu putri reno pinang masak
tiba-tiba mereka jatuh pingsan dan terus meninggal, bertiga hulubalang itu
dimakamkan pula disana disamping makam putri reno pinang masak sampai sekarang
makam keempat orang tersebut masih ada dan dikeramatkan orang pula.
PUTRI SELARO PINANG
MASAK
DAN
KISAH ANGSO DUONYA
Setelah Aditta Warman wafat
digantikan oleh puteranya yang bernama Maharasa Mauli (Anaggawarman) untuk
memimpin kerajaan pagarruyung, dibawah pimpinan Anaggawarman berusaha untuk
melepaskan diri dari kerajaan majapahit. Maka akibatnya terjadilah peperangan
antara pagarruyung dengan majapahit, pertempuran yang maha dasyat yang membawa
banyak korban yang terjadi dipandang sibusuk pada tahun 1409 yang membawa
akibat amat bagi kerajaan pagarruyung. Nagari-nagari mulai memisahkan diri dan
berotonomi penuh, islampun mulai menyebar diminang kabau.
Setelah
permulaan abat ke 15 inilah salah seorang keturunan Adityawarman bernama putri
selaro pingang masak (selaras pinang masak) yang berada di pagarruyung kembali
kedaerah asalnya yaitu kerajaan melayu (Dharmasraya-Jambi) kepulangan putri
pinang masak ke melayu dengan menyusuri sungai batang hari sembari melepaskan
sepasang angsa putih (kemudian ubih dikenal dengan sebutan angso duo), tempat
dimana putri selaro pinang masak itu melepaskan angsa tersebut tidak terdapat
keterangan yang pasti, diduga dilepaskan dari siguntur dengan pertimabangan
bahwa disana, ditepi bagian hulu sungai batang hari berdiri sebuah istana, lagi
pula siguntur letaknya tidak jauh dari sungai langsat daerah ditemukannya
prasasti-prasasti dan patung-patung peninggalan aditya warman.
Setelah
melepaskan angsa tersebut putri lantas berlayar mengililingi sungai batang hari
dengan niat dimana kelak angsa itu mendarat disitulah ia akan membangun
istananya. Angsa tersebut menurut kisahnya mendarat disekitar Meskoren garuda
putih mesjid agung alfalah itul;ah sebabnya tempat tersebut disebut tanah
terpilih tempat Raja-raja / Sultan-Sultan kerajaan jambi mendirikan istananya.
Ketika
putri selaro pinang masak sampai ditanah raja melayu saat itu adalah Tan Talani
memerintah tahun 1400-1460 berkedudukan di……………..(kini muaro jambi).
Setelah
Tan talani wafat ia gantikan oleh putri selaro pinang masak yang memerintah
pada tahun 1460-1480 dan berkedudukan diujung jabung, namanya Mansyur
kemana-mana terutama ketanah jawa. Banyak perantau-perantau dari tanah jawa
datang dan tanah jawa datang dan pergi kekerajaan melayu dengan sebutan
kerajaan putri jambe dari situlah bertitik tolak daerah ini bernama jambi dan
sekaligus menjadi kerajaan Jamb.
Setelah
menjadi raja putri selaro pinang masak berkenaalan dengan seorang jejeaka dari
turki yang bernama Ahmad barus II yang lebih dikenal dengan nama Datuk paduko
behalo, kedua-duanya saling jatuh cinta dan akhirnya menjadi suami istri
menikah menurut syariat islam dari pernikahan tersebut mereka di anugrahi 3
orang putera dan satu orang putri yang bernama Orang Kayo Gemuk ketiga orang
puteranya itu masing-masing menjadi raja :
1.
Orang Kayo Pingai (1480-1490)
2.
Orang Kayo Pedataran (1490-1500)
3.
Orang Kayo Hitam (1500-1515) dan teruskan oleh keturunanya
4.
Pangeran hilang diair disebut penembahan rantau
kapas (1515-1540)
5.
Penembahan rengas pandak (1540-1565)
6.
Penembahan bawah sawo (1565-1590)
7.
Penambahan kota
baru nantan karena berhalangan diganti (diwakili) oleh putrinya bernama kiai
mas putih (1590-1615)
Dari
uaraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sejak zaman dahulu sampai kezaman
raja penebahan kota
baru yaitu sejak tahun 1178-1615 kerajaan melayu/ jambi dipimpin oleh penguasa
yang bergelar raja.
BUJANG JAMBI DAN MAHLIGAI MIMPI
Konon
pada masa dahulu, kerajaan melayu yang beribu kota di muara jambi, memerintah seseorang
putri teramat elok parasnya. Putri itu baru berusia 20 tahun. Dia arif dan
bijaksana budi bahasanya terpuji amat pedau terhadap rakyat kemolekan dan
keramah tamahan puteri itu telah diketahui oleh hamper semua orang. Bahkan
pasra bangsawan mancanegara tertarik untuk menyunting putri pinang masak begitu
nama penguasa tungal kerajaan melayu berdarah pagaruyung itu yang selalu
menempik pinangan orang penampikkannya secara halus dan bijak sana karma itu tak seorang pun kerasa terhina
dan dendam kepadanya.
Suatau
ketika tersebutlah seorang panglima perang dari Negara Hindustan, panglima ityu
bernama Tun talanai yang terkenal hebat dan sakti. Dia menugasi seorang
pembantunya untuk menyelidiki kebenaran berita bahwa anak Qara yang merajai
kerajaan melayu sungguh molek dan manis budi bahasanya.
“Benar,
tuanku” ujar yang ditugasnya menemui putri selaras pinang masak dimuara jambi
itu.”Hamba belum pernah melihat seorang
anak gadis secantik raja melayu itu, tuanku”
“Belum,tuanku
! setiap lamaran orang ditampiknya, kalanya tuan dia belum cukup umur.”
“Bagus
! istirahatlah, kapan kuperlukan engkau ku panggil”
Panglima
yang gagah berani itu sungguh rapuh hatinya. Dia tergoda sekali oleh cerita
tentang kemolekan raj amelayu yang masih muda itu, berhari-hari ia membayangkan
kecantikan gadis yang baru dikenalnya nama saja istrinya sendiri tidak lagi di
perdulikannya.
Tun
talanai memutuskan untuk menemui putri selarang pinagn masak tampa ditemani oleh seorang pun berangkatlah
kerajaan melayu. Dalam perjalanan jauh dari Hindustan
ke nusantara tak seorang pun menganggunya. Tampangnya yang jelek, sudah tua
bangka pula tidak tertarik orang untuk mengurnya ketika sampai di istana putri
selarang pinang masak dia disambut dengan ramah tamah tidak ditampakkan oleh
putri selaras pinang masak rasa muak dan mual melihat wajah jelek berkriput itu
Setelah
mereka bertukar pikiran, ngobrol ini dan itu, jelas diketahui oleh penguasa
kerajaan melayu itu bahwa tamunya itu ingin menikahi dirinya, sebelum tamunya
itu menyampaikan hasrat hatinya diajaknya Tun talanai bermain catur.
Buah
catur punya puteri selaras pinang masak besar-besar dan berat memerlukan cukup
tenaga untuk memindah-mindahkannya. Tetapi, bagi tun talanai cukup dengan tiga
jari tangan kirinya memindahkan buah caturnya kagum juga putri pinang masak
menyaksikan kebetan tamunya, ia berkata dalam hatinya “tidak dapat dia
taklukkan dengan kekuatan sekalipun melalui perangan jika ia benar-benar melamarkaku,
saat di tolak. Bisa jadi pertumpahan darah di kerajaan ini.
Esok
harinya putriselaras pinang masak mengundang Tun talanai makan siang di istana,
betapa senang hati yang di undang pikirnya mereka tidak bertepuk sebelah tangan
bergegas dia ke istana.
Wajah
tamunya berseri – seri di sentuh ucapan begitu berkata Tun talanai” apa putri
perlukan dari hamba?”
“Sungguh
puaan amat bijaksana sebelum beta meminta tuan telah menawarkan.”
“Katakanlah
putri hamba akan penuhi segala yang tuan putri minta.”
“Jika
tuan mengingin diri beta jadi istrimu
yang sah, karma beta dalam serba kekurangan, buatkalah beta sebuah mahligai
yang tingginya mencecah tepi langit. Di mahligai itu nanti kita bersenang
–senang.”
“Oh…..rupanya
tuang putri kan
menguji kemampuan hamab? Mahliga begitu ? gampang ! sedagnkan gunung emas yang
tuan putri minta, tentu akan hamba persembahkan demi cinta hamba pada puan,”
dan ikuti tawa terbahak –bahak.
“permisi
puan! Hamba akan segera membuatnya dalam tempo sepekan puat putri dapat pindah
ke mahligai indah itu.”
“Tunggu,
Tuan ! Beta ingin bersuamikan orang sakti tampahnya tuan seorang yang memiliki
kesaktian siapkan mahligai beta maksudkan sejak sekarang sampai menjelang subuh
! jika gagal berarti tidak jodoh kita.”
“Boleh
! Barangkau puan perlu mengambar bentuknya dulu kerjakan saja mulai tengah
malam nanti !”
“O
ya ….. baiklah !
Putri
salaras pinang masak amat kwatir, seandainya mahligai yang di bangun oleh Tun
talanai selesai sebelum subuh, dirinya tidak bisa menampik lamarah Tun talanai.
Ditugasnya
seorang yang dipercayanya untuk menyaksikan orang-orang bekerja, dikatakannya :
“jika menurut dugaanmu mahligai itu akan siap menjelang subuh, segera laporkan
kepada beta pergilah !”
Dalam
napas terengah –engah orang yang di tugasi melapor “Hampir siap, puan ! barang
kali sekitar sejam lagi sudah selesai “apa….?”
“Sungguh
puan putri ! megah sekali mahligai itu, hanya atapnya saja yang belum siap.
Beribu – ribu orang pekerjanya.
“Dan
mana dan kapan mereka didatangkan ?”
“entahlah
! pokoknya subuh pekerjaan mereka rampung”
“ya
kumpulkan para cerdik selaras negeri ini katakana dalam tempo 15 menit sejak
saat ini mereka sudah ada di istana cepatlah”
Tun
talanai terperangjat bukan kepalang karma kokok ayam lantang terdengar
sahutsahut karahnya mendidih badan gemetar.
“kurang
ajar ! “ seraya menendang bangunan mahligai yang hamper selesai ityu karena
kegagalan disebabkan kecerdikan putri selaras pinang masak,maka segera dia
berangkat meninggalkan muara jambi.
Sehari
kemudian Tun talanai mengundang beberapa mengundang beberapa tukang tenun dan
ahli nujum. Diketahuinya bahwa anak yang akan lahir nanti akan mencelakakan
dirinya. Selain itu kegagalannya menyiapkan mahligai di muara jambi disebabkan
kelicikan putri selaras pinang masak, sekali pun tidak dalam waktu dekat anakku
anak buang !”
“Begitulah
sebaiknya, tuanku 1” ujar salah seorang ahli nujum.” Anakmu amat berbahaya dan
akan membunuhmu “
Bayi
lelaki berusia tiga hari dalam keadaan bugar itu di masukkan kedalam sebuah
kotak itu di buat seiringan sehingga tidak bocor, dibagian sisi atas diberi
berlubang- lubang itu adara keluar masuk pada sisi atas ditulis besar-besar
Bujang Jambi.
Secara
diam-siam kotak yang didalamnya seorang bayi itu di hanyutkan kelaut, sehingga
terdampar dipantai kerajaan siam ,
untung seorang nelayan,kotak itu ditemukan kemudian diserahkan kepada baginda
raja siam .
“terima
kasih” ujar baginda raja menerima penemuanyang baginda merupakan anugrah.
“Agaknya bayi montok ini sengaja dihanyutkan mungkin anak haram. Mungkinpula
anak seorang raja” sambungnya atas kesukacitaan mendapat bayi itu, maka kepada
nelayan di hadiahkannya berbagai kebutuhan hidup sehari-hari ditambah dengan
sejumlah uang emas.
Bayi
itu tumbuh dan berkembang wajar. Raja menamakan bujang jambi sebagaiman
yang terluas pada kotak ditemukan
nelayan. Nama itu melekat pada anak manusia yang dilahirkan tampa cakat-cela.
Tun
talanai, begitu beliau selesai menghanyutkan bayi titik zariatnya sendiri
langsung berlayar menuju kepulau Sumatra
setelah berbulan-bulan dalam pelayaran sampai beliau kemuara jambi. Tujuannya
tidak lain kecuali akan memermainkan putri selaro pinang masak yang telah di
persunting oleh datuk paduko berhalo yang berdarah turki itu. Dengan
sembunyi-sembunyidia menetap di ujung muaro jambi agar tidak di ketahui orang
tentang dirinya yang asu, maka dia menyamar 18 tahun lamanyamenuju masa yang
tepat untuk menculik istri datuk paduko berhalo.
Lain
halnya dengan bujang jambi dirinya sejak kecil didik dan diajari berbagai ilmu
pengetahuan ,keterampilan,dan ilmu bela diri. Karena dia sadar bahwa tampang
dan pastur tubuhnya berbeda dengan orang – orang siam ,
timbul berbagai pertanyaan dalam hatinya benarkah aku anak ayahku baginda raja siam ..? Jika
memang bukan anak baginda. Siapakah ayah hamba?”
Mendengar
pertanyaan demikian akhirnya raja Siam menceritakan perihal sejarah
Bujang Jambi kepada anak angkatnya tersebut, setelah mendengarkan penuturan
ayahnya Bujang Jambi berniat untuk menuju tanah Jambi untuk mencari Tun
Telanai. Ia bermaksud untuk meminta pertanggungjawaban
ayahnya itu berkaitan perbuatan yang telah dilakukan pada masa lalu
terhadapnya.
Sesampai
di tanah jambi Bujang jambi menyamar sebagai pengembara yang membela kebenaran
dan suka menolong orang-orang lemah. Tiada lama berselang berjumpa jua ia
dengan orang yang dicarinya. Perjumpaan ini akhirnya berakhir dengan
pertempuran yang panjang, selama tujuh hari tujuh malam mereka bertanding,
keduanya sama kebal senjata, sama tiada mempan pukulan, akhirnya Tun Telanai
merasa sudah tiba masa apa yang dikatakan penujum dahulu bahwa bagaimana jua
anaknya ini akan mengakhiri umurnya. Tun Telanai tak hendak memperpanjang
masalah maka ia jelaskan bahwa ia hanya mempan bila dilukai dengan bambu
runcing.
Bujang
Jambi segera mencari bamboo yang kemudian dia gunakan sebagai senjata, dengan
hujaman bamboo itu berakhirlah hayat Tun Telanai. Bujang jambi merasa puas
karena pengacau di daerah Jambi sudah dapat ia bunuh sehingga kekejaman Tun
Telanai tiada lagi membuat banyak orang menderita.
RAJO TIANGSO
Pada zaman dahulu kerajaan Melayu Jambi adalah sebuah
kerajaan yang maju pemerintahannya. Pada saat itulah Pangeran Ratu mendampingi
Sultan Thaha dalam memerintah tanah Jambi. Salah satu kegemaran Pangeran Ratu
adalah melihat keadaan rakyat dengan menaiki perahu di sepanjang sungai
Batanghari. Pada suatu ketika pageran ratu menemukan seorang anak yang
dihanyutkan dengan rakit batang pisang di sungai Batanghari, anak itu menderita
penyakit kudis. Karena iba pangeran ratu membawa anak itu pulang dan mengobati
penyakitnya.
Anak yang didapat itu kemudian dirawat dan dididik dengan
baik. Setelah remaja disekolahkan ke Turki. Usai pendidikan anak itu pulang ke
Jambi sebagai seorang ulama yang cerdas dan sakti. Karena anak itu enggan
berurusan dengan hal politik maka pangeran Ratu menganjurkannya menjadi juru
dakwah. Anak itu kemudian menjadi seorang juru dakwah ulung yang memiliki
kepandaian menyampaikan syariat Islam dengan sabar dab cendikia.
Anak itu adalah Muhammad Amin yang kemudian di kenal di
daerah Luhak Enambelas sebagai Rajo Tiangso. Rajo Tiangso disebut sebagai
seorang penyebar agama Islam yang datang dari Jambi melalui Sungai Sirih yang
sekarang dikenal dengan sungai Tembesi. Rajo Tiangso mulanya menyebarkan agama Islam di daerah Sungai
Tenang dengan basis desa Tanjung Alam. Ia mengajari penduduk tata cara bertani
dan bermasyarakat serta budaya hidup bersih, sebagian cerita mengabarkan bahwa
pada zaman dahulu masyarakat gemar berjudi, membunuh dan makan dengan piring
terbuat dari punggung kura-kura. Rajo Tiangso mengajarkan mereka ajaran Islam
dan budaya hidup bersih.
Setelah merasa cukup melakukan dakwah di daerah Sungai
Tenang Rajo Tiangso kemudian pindah ke Muara Maderas dan mendirikan masjid di
daerah tersebut. Rajo Tiangso selalu memasak bangunan mesjid yang dibuatnya dengan
sebuah tiang besar sebagai penyangga bagian tengah bangunan tersebut. Ting satu
itulah yang dikatakan Tiang-so atau tiang satu sehingga beliau digelari dengan
nama rajo tiangso. Makam rajo Tiangso saat ini berada di daerah Rantau Suli
Sungai Tenang.
1 komentar:
Salam perkenalan tuan penulis blog, saya dari Malaysia. Ingin bertanyakan suatu cerita Kaba berkenaan wiranya bernama pendekar Bujang. Kisah rakyat biasa yang punya banyak kesaktian dan langsung berhasil mengahwini Tuan Puteri Jemelak Matahari. Adakah Tuan penulis pernah mendengar cerita rakyat Minangkabau berkenaan kisah itu?
Posting Komentar